ips
by
A. Taufik
December 27, 2016
MAKALAH SOSIOLOGI TENTANG PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

MAKALAH SOSIOLOGI
TENTANG
PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
DISUSUN OLEH
FIKMAKALAH.BLOGSPOT.COM
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,Karena berkat karuniaNya lah kami telah dapat menyelesaikan karya tulis ini. Kami menyusun tulis karya tulis ini berdasarkan hasil analisis dan praktik yang kami lakukan.
Dengan terselesainya penulisan karya tulis ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada guru bidang studi Yang telah banyak memberikan masukan kepada kami sehingga terselesainya Makalah ini., Serta kepada Orang tua dan teman-teman yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak langsug dalam menyelesaikan karya tulis ini.
kami menyadari keterbatasan ilmu, Penelitian dan pengalaman dalam membuat karya tulis ini, oleh karena itu, Masukkan berupa saran dan kritikan yang berguna sangat kami harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini dan semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri dan juga para pembaca.
Cidaun, Desember 2016
penulis
DAFTAR ISI :
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. TUJUAN MAKALAH 1
C. RUMUSAN MASALAH 1
BAB II PEMBAHASAN 2
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN 4
B. SARAN 4
DAFTAR PUSTAKA 5
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu pengetahuan ( science) mempunyai pengertian yang berbeda dengan pengetahuan (knowledge atau dapat juga disebut common sense ). Orang awam tidak memahami atau tidak menyadari bahwa ilmu pengetahuan itu berbeda dengan pengetahuan. Bahkan mugkin mereka menyamakan dua pengertian tersebut.Tentang perbedaan antara ilmu pengetahuan dan pengetahuan akan dicoba dibahasdisini.Mempelajari apa itu ilmu pengetahuan itu berarti mempelajari ataumembahas esensi atau hakekat ilmu pengetahuan. Demikian pula membahas pengetahuan itu juga berarti membahas hakekat pengetahuan. Untuk itu kita perlumemahami serba sedikit Filsafat Ilmu Pengetahuan. Dengan mempelajari FilsafatIlmu Pengetahuan di samping akan diketahui hakekat ilmu pengetahuan danhakekat pengetahuan, kita tidak akan terbenam dalam suatu ilmu yang spesifik sehingga makin menyempit dan eksklusif. Dengan mempelajari filsafat ilmu pengetahuan akan membuka perspektif (wawasan) yang luas, sehingga kita dapatmenghargai ilmu-ilmu lain, dapat berkomunikasi dengan ilmu-ilmu lain. Dengandemikian kita dapat mengembangkan ilmu pengetahuan secara interdisipliner.Sebelum kita membahas hakekat ilmu pengetahuan dan perbedaannya dengan pengetahuan, terlebih dahulu akan dikemukakan serba sedikit tentang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan.
1.2 Rumusan Masalah
Dilihat dari latar belakang di atas maka rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Apa pengertian dari ilmu pengetahuan dan pengetahuan ?
2. 2.Apa perbedaan antara ilmu pengetahuan dan pengetahuan ?
3. 3.Darimana sumber Perkembangan Ilmu Pengetahuan ?
4. Apa saja syarat-syarat dari Ilmu Pengetahuan ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian ilmu pengetahuan dan pengetahuan
2. Untuk mengetahui periode perkembangan Ilmu Pengetahuan
3. Untuk mengetahui Proses terbentuknya Ilmu Pengetahuan
4. Untuk mempelajari syarat dai Ilmu Pengetahuan
BAB 2 PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
Mempelajari sejarah ilmu pengetahuan itu penting, karena dengan mempelajarihal tersebut kita dapat mengetahui tahap-tahap perkembangannya. Ilmu pengetahuan tidak langsung terbentuk begitu saja, tetapi melalui proses, melaluitahap-tahap atau periode-periode perkembangan.
a) Periode Pertama (abad 4 sebelum Masehi)
Perintisan “Ilmu pengetahuan” dianggap dimulai pada abad 4 sebelumMasehi, karena peninggalan-peninggalan yang menggambarkan ilmu pengetahuandiketemukan mulai abad 4 sebelum Masehi. Abad 4 sebelum Masehi merupakanabad terjadinya pergeseran dari persepsi mitos ke persepsi logos, dari dongeng-dongeng ke analisis rasional. Contoh persepsi mitos adalah pandangan yang beranggapan bahwa kejadian-kejadian misalnya adanya penyakit atau gempa bumidisebabkan perbuatan dewa-dewa. Jadi pandangan tersebut tidak bersifat rasional,sebaliknya persepsi logos adalah pandangan yang bersifat rasional. Dalam persepsimitos, dunia atau kosmos dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan magis, mistis. Ataudengan kata lain, dunia dijelaskan oleh faktor-faktor luar (eksternal). Sedang dalam persepsi rasional, dunia dianalisis dari faktor-faktor dalam (internal). Atau dengankata lain, dunia dianalisis dengan argumentasi yang dapat diterima secara rasionalatau akal sehat. Analisis rasional ini merupakan perintisan analisis secara ilmiah,tetapi belum dapat dikatakan ilmiah.Pada periode ini tokoh yang terkenal adalah Aristoteles. Persepsi Aristotelestentang dunia adalah sebagai berikut: dunia adalah ontologis atau ada (eksis).Sebelum Aristoteles dunia dipersepsikan tidak eksis, dunia hanya menumpangkeberadaan dewa-dewa. Dunia bukan dunia riil, yang riil adalah dunia ide. MenurutAristoteles, dunia merupakan substansi, dan ada hirarki substansi-substansi.Substansi adalah sesuatu yang mandiri, dengan demikian dunia itu mandiri. Setiapsubstansi mempunyai struktur ontologis. Dalam struktur terdapat 2 prinsip, yaitu:
1) Akt : menunjukkan prinsip kesempurnaan (realis);
2) Potensi: menunjukkan prinsip kemampuannya, kemungkinannya (relatif). Setiap benda sempurna dalam dirinya dan mempunyai kemungkinan untuk mempunyai kesempurnaan lain.Perubahan terjadi bila potensi berubah, dan perubahan tersebut direalisasikan.
Pandangan Aristoteles yang dapat dikatakan sebagai awal dari perintisan “ilmu pengetahuan” adalah hal-hal sebagai berikut:
1) Hal Pengenalan
Menurut Aristoteles terdapat dua macam pengenalan, yaitu : (1) pengenalaninderawi; (2) pengenalan rasional. Menurut Aristoteles, pengenalan inderawimemberi pengetahuan tentang hal-hal yang kongkrit dari suatu benda. Sedang pengenalan rasional dapat mencapai hakekat sesuatu, melalui jalan abstraksi.
2) Hal Metode
Selanjutnya, menurut Aristoteles, “ilmu pengetahuan” adalah pengetahuantentang prinsip-prinsip atau hukum-hukum bukan objek-objek eksternal atau fakta.Penggunaan prinsip atau hukum berarti berargumentasi (reasoning). MenurutAristoteles, mengembangkan “ilmu pengetahuan” berarti mengembangkan prinsip- prinsip, mengembangkan “ilmu pengetahuan” (teori) tidak terletak pada akumulasidata tetapi peningkatan kualitas teori dan metode. Selanjutnya, menurut Aristoteles,metode untuk mengembangkan “ilmu pengetahuan” ada dua, yaitu:
(1) Induksi
intuitif yaitu mulai dari fakta untuk menyusun hukum (pengetahuan universal);
(2) deduksi ( silogisme ) yaitu mulai dari pengetahuan universal menuju fakta-fakta.
b) Periode Kedua (abad 17 sesudah Masehi)
Pada periode yang kedua ini terjadi revolusi ilmu pengetahuan karena adanya perombakan total dalam cara berpikir. Perombakan total tersebut adalah sebagai berikut:Apabila Aristoteles cara berpikirnya bersifat ontologis rasional, GallileoGallilei (tokoh pada awal abad 17 sesudah Masehi) cara berpikirnya bersifat analisis yang dituangkan dalam bentuk kuantitatif atau matematis. Yang dimunculkan dalam berfikir ilmiah Aristoteles adalah berpikir tentang hakekat, jadi berpikir metafisis (apa yang berada di balik yang nampak atau apa yang berada di balik fenomena). Abad 17 meninggalkan cara berpikir metafisi dan beralih ke elemen-elemen yang terdapat pada sutau benda, jadi tidak mempersoalkan hakikat. Dengandemikian bukan substansi tetapi elemen-elemen yang merupakan kesatuan sistem.Cara berpikir abad 17 mengkonstruksi suatu model yaitu memasukkan unsur makromenjadi mikro, mengkonstruksi suatu model yang dapat diuji coba secara empiris ,sehingga memerlukan adanya laboratorium. Uji coba penting, untuk itu harus membuat eksperimen. Ini berarti mempergunakan pendekatan matematis dan pendekatan eksperimental. Selanjutnya apabila pada jaman Aristoteles ilmu pengetahuan bersifat ontologis, maka sejak abad 17, ilmu pengetahuan berpijak pada prinsip-prinsip yang kuat yaitu jelas dan terpilah-pilah (clearly and distinctly)serta disatu pihak berpikir pada kesadaran, dan pihak lain berpihak pada materi.Prinsip jelas dan terpilah-pilah dapat dilihat dari pandangan Rene Descartes (1596-1650) dengan ungkapan yang terkenal, yaitu Cogito Ergo Sum, yang artinya karenaaku berpikir maka aku ada. Ungkapan Cogito Ergo Sum adalah sesuatu yang pasti,karena berpikir bukan merupakan khayalan. Suatu yang pasti adalah jelas danterpilah-pilah. Menurut Descartes pengetahuan tentang sesuatu bukan hasil pengamatan melainkan hasil pemeriksaan rasio (dalam Hadiwijono, 1981).Pengamatan merupakan hasil kerja dari indera (mata, telinga, hidung, dan lainsebagainya), oleh karena itu hasilnya kabur, karena ini sama dengan pengamatan binatang. Untuk mencapai sesuatu yang pasti menurut Descartes kita harusmeragukan apa yang kita amati dan kita ketahui sehari-hari. Pangkal pemikiranyang pasti menurut Descartes dikemukakan melalui keragu-raguan. Keragu-raguanmenimbulkan kesadaran, kesadaran ini berada di samping materi. Prinsip ilmu pengetahuan satu pihak berpikir pada kesadaran dan pihak lain berpijak pada materi juga dapat dilihat dari pandangan Immanuel Kant (1724-1808). Menurut ImmanuelKant ilmu pengetahuan itu bukan merupakan pangalaman terhadap fakta, tetapimerupakan hasil konstruksi oleh rasio Agar dapat memahami pandangan Immanuel Kant tersebut perlu terlebihdahulu mengenal pandangan rasionalisme dan empirisme. Rasionalismemementingkan unsur-unsur apriori dalam pengenalan, berarti unsur-unsur yangterlepas dari segala pengalaman. Sedangkan empirisme menekankan unsur-unsur aposteriori , berarti unsur-unsur yang berasal dari pengalaman. Menurut ImmanuelKant, baik rasionalisme maupun empirisme dua-duanya berat sebelah. Ia berusahamenjelaskan bahwa pengenalan manusia merupakan keterpaduan atau sintesa antaraunsur-unsur apriori dengan unsur-unsur aposteriori (dalam Bertens, 1975). Olehkarena itu Kant berpendapat bahwa pengenalan berpusat pada subjek dan bukan pada objek. Sehingga dapat dikatakan menurut Kant ilmu pengetahuan bukan hasil pengalaman, tetapi hasil konstruksi oleh rasio. Inilah pandangan Rene Descartes dan Immanuel Kant yang menolak pandangan Aristoteles yang bersifat ontologis dan metafisis. Banyak tokoh lainyang meninggalkan pandangan Aristoteles, namun dalam makalah ini cukupmengajukan dua tokoh tersebut, kiranya cukup untuk menggambarkan adanya pemikiran yang revolusioner dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
C) Perbedaan Ilmu Pengetahuan dengan Pengetahuan
Terdapat beberapa definisi ilmu pengetahuan, di antaranya adalah:
a) Ilmu pengetahuan adalah penguasaan lingkungan hidup manusia.Definisi ini tidak diterima karena mencampuradukkan ilmu pengetahuan danteknologi.
b) Ilmu pengetahuan adalah kajian tentang dunia material.Definisi ini tidak dapat diterima karena ilmu pengetahuan tidak terbatas pada hal-hal yang bersifat materi.
c) Ilmu pengetahuan adalah definisi eksperimental.
Definisi ini tidak dapat diterima karena ilmu pengetahuan tidak hanyahasil/metode eksperimental semata, tetapi juga hasil pengamatan, wawancara.Atau dapat dikatakan definisi ini tidak memberikan tali pengikat yang kuat untuk menyatukan hasil eksperimen dan hasil pengamatan
(Ziman J. dalam Qadir C.A.,1995).d)Ilmu pengetahuan dapat sampai pada kebenaran melalui kesimpulan logis dari pengamatan empiris.Definisi mempergunakan metode induksi yaitu membangun prinsip-prinsipumum berdasarkan berbagai hasil pengamatan. Definisi ini memberikan tempatadanya hipotesa, sebagai ramalan akan hasil pengamatan yang akan datang.Definisi ini juga mengakui pentingnya pemikiran spekulatif atau metafisik selamaada kesesuaian dengan hasil pengamatan. Namun demikian, definisi ini tidak bersifat hitam atau putih. Definisi ini tidak memberi tempat pada pengujian pengamatan dengan penelitian lebih lanjut. Kebenaran yang disimpulkan dari hasil pengamatan empiris hanya berdasarkan kesimpulan logis berarti hanya berdasarkan kesimpulan akal sehat.Apabila kesimpulan tersebut hanya merupakan akal sehat, walaupun itu berdasarkan pengamatan empiris, tetap belum dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan tetapi masih pada taraf pengetahuan. Ilmu pengetahuan bukanlah hasildari kesimpulan logis dari hasil pengamatan, namun haruslah merupakan kerangkakonseptual atau teori yang memberi tempat bagi pengkajian dan pengujian secarakritis oleh ahli-ahli lain dalam bidang yang sama, dengan demikian diterima secara universal. Ini berarti terdapat adanya kesepakatan di antara para ahli terhadap kerangka konseptual yang telah dikaji dan diuji secara kritis atau telahdilakukan penelitian akan percobaan terhadap kerangka konseptual tersebut.Berdasarkan pemahaman tersebut maka pandangan yang bersifat statisekstrim, maupun yang bersifat dinamis ekstrim harus kita tolak. Pandangan yang bersifat statis ekstrim menyatakan bahwa ilmu pengetahuan merupakan caramenjelaskan alam semesta di mana kita hidup. Ini berarti ilmu pengetahuandianggap sebagai pabrik pengetahuan. Sementara pandangan yang bersifat dinamis ekstrim menyatakan ilmu pengetahuan merupakan kegiatan yang menjadi dasar munculnya kegiatan lebih lanjut. Jadi ilmu pengetahuan dapat diibaratkan dengansuatu laboratorium. Bila kedua pandangan ekstrim tersebut diterima, maka ilmu pengetahuan akan hilang musnah, ketika pabrik dan laboratorium tersebut ditutup.Ilmu pengetahuan bukanlah kumpulan pengetahuan semesta alam ataukegiatan yang dapat dijadikan dasar bagi kegiatan yang lain, tetapi merupakan teori, prinsip, atau dalil yang berguna bagi pengembangan teori, prinsip, atau dalil lebihlanjut, atau dengan kata lain untuk menemukan teori, prinsip, atau dalil baru. Olehkarena itu, ilmu pengetahuan dapat didefinisikan sebagai berikut: Ilmu pengetahuan adalah rangkaian konsep dan kerangka konseptual yang saling berkaitan dan telah berkembang sebagai hasil percobaan dan pengamatan yang bermanfaat untuk percobaan lebih lanjut
(Ziman J. dalam Qadir C.A., 1995). Pengertian percobaan di sini adalah pengkajian atau pengujian terhadap kerangkakonseptual, ini dapat dilakukan dengan penelitian (pengamatan dan wawancara)atau dengan percobaan (eksperimen).Selanjutnya John Ziman menjelaskan bahwa definisi tersebut memberitekanan pada makna manfaat, mengapa? Kesahihan gagasan baru dan makna penemuan eksperimen baru atau juga penemuan penelitian baru (menurut penulis)akan diukur hasilnya yaitu hasil dalam kaitan dengan gagasan lain dan eksperimenlain. Dengan demikian ilmu pengetahuan tidak dipahami sebagai pencariankepastian, melainkan sebagai penyelidikan yang berhasil hanya sampai pada tingkatyang bersinambungan
(Ziman J. dalam Qadir C.A., 1995).Bila kita analisis lebih lanjut perlu dipertanyakan mengapa definisi ilmu pengetahuan di atas menekankan kemampuannya untuk menghasilkan percobaan baru, berarti juga menghasilkan penelitian baru yang pada gilirannya menghasilkanteori baru dan seterusnya – berlangsung tanpa berhenti. Mengapa ilmu pengetahuantidak menekankan penerapannya? Seperti yang dilakukan para ahli fisika dan kimiayang hanya menekankan pada penerapannya yaitu dengan mempertanyakan bagaimana alam semesta dibentuk dan berfungsi? Bila hanya itu yang menjadi penekanan ilmu pengetahuan, maka apabila pertanyaan itu sudah terjawab, ilmu pengetahuan itu akan berhenti. Oleh karena itu, definisi ilmu pengetahuan tidak berorientasi pada penerapannya melainkan pada kemampuannya untuk menghasilkan percobaan baru atau penelitian baru, dan pada gilirannyamenghasilkan teori baru. Para ahli fisika dan kimia yang menekankan penerapannya pada hakikatnya bukan merupakan ilmu pengetahuan, tetapi merupakan akal sehat (common sense).Selanjutnya untuk membedakan hasil akal sehat dengan ilmu pengetahuan WilliamJames yang menyatakan hasil akal sehat adalah sistem perseptual, sedang hasil ilmu pengetahuan adalah sistem konseptual
(Conant J. B. dalam Qadir C. A., 1995).Kemudian bagaimana cara untuk memantapkan atau mengembangkan ilmu pengetahuan? Berdasarkan definisi ilmu pengetahuan tersebut di atas maka pemantapan dilakukan dengan penelitian-penelitian dan percobaan-percobaan.Perlu dipertanyakan pula bagaimana hubungan antara akal sehat yangmenghasilkan perseptual dengan ilmu pengetahuan sebagai konseptual. Jawabannyaadalah akal sehat yang menghasilkan pengetahuan merupakan premis bagi pengetahuan eksperimental (Conant, J.B. dalam Qadir C.A., 1995).
Ini berarti pengetahuan merupakan masukan bagi ilmu pengetahuan, masukan tersebutselanjutnya diterima sebagai masalah untuk diteliti lebih lanjut. Hasil penelitiandapat berbentuk teori baru.Sedangkan Ernest Nagel secara rinci membedakan pengetahuan (common sense) dengan ilmu pengetahuan ( science). Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Dalamcommon sense informasi tentang suatu fakta jarang disertai penjelasan tentang mengapa dan bagaimana. Common sense tidak melakukan pengujian kritis hubungan sebab-akibat antara fakta yang satu dengan fakta lain. Sedangdalam science di samping diperlukan uraian yang sistematik, juga dapat dikontroldengan sejumlah fakta sehingga dapat dilakukan pengorganisasian dan pengklarifikasian berdasarkan prinsip-prinsip atau dalil-dalil yang berlaku.
2) Ilmu pengetahuan menekankan ciri sistematik.Penelitian ilmiah bertujuan untuk mendapatkan prinsip-prinsip yang mendasar dan berlaku umum tentang suatu hal. Artinya dengan berpedoman pada teori-teori yang dihasilkan dalam penelitian-penelitian terdahulu, penelitian baru bertujuan untuk menyempurnakan teori yang telah ada yang berkaitan denganmasalah yang diteliti. Sedang common sense tidak memberikan penjelasan(eksplanasi) yang sistematis dari berbagai fakta yang terjalin. Di samping itu,dalam common sense cara pengumpulan data bersifat subjektif, karena common sense sarat dengan muatan-muatan emosi dan perasaan.
3) Dalam menghadapi konflik dalam kehidupan, ilmu pengetahuan menjadikankonflik sebagai pendorong untuk kemajuan ilmu pengetahuan.Ilmu pengetahuan berusaha untuk mencari, dan mengintroduksi pola-polaeksplanasi sistematik sejumlah fakta untuk mempertegas aturan-aturan. Denganmenunjukkan hubungan logis dari proposisi yang satu dengan lainnya, ilmu pengetahuan tampil mengatasi konflik.
4) Kebenaran yang diakui oleh common sense bersifat tetap, sedang kebenarandalam ilmu pengetahuan selalu diusik oleh pengujian kritis. Kebenaran dalamilmu pengetahuan selalu dihadapkan pada pengujian melalui observasi maupuneksperimen dan sewaktu-waktu dapat diperbaharui atau diganti.
5) Perbedaan selanjutnya terletak pada segi bahasa yang digunakan untuk memberikan penjelasan pengungkapan fakta. Istilah dalam common sense biasanya mengandung pengertian ganda dan samar-samar. Sedang ilmu pengetahuan merupakan konsep-konsep yang tajam yang harus dapat diverifikasisecara empirik.
6) Perbedaan yang mendasar terletak pada prosedur.Ilmu pengetahuan berdasar pada metode ilmiah. Dalam ilmu pengetahuan alam( sains), metoda yang dipergunakan adalah metoda pengamatan, eksperimen,generalisasi, dan verifikasi. Sedang ilmu sosial dan budaya juga menggunakanmetode pengamatan, wawancara, eksperimen, generalisasi, dan verifikasi. Dalam common sense cara mendapatkan pengetahuan hanya melalui pengamatan dengan panca indera. Dari berbagai uraian berdasarkan pandangan tokoh-tokoh tersebut dapatlahdikatakan: ilmu pengetahuan adalah kerangka konseptual atau teori uang saling berkaitan yang memberi tempat pengkajian dan pengujian secara kritis denganmetode ilmiah oleh ahli-ahli lain dalam bidang yang sama, dengan demikian bersifat sistematik, objektif, dan universal.Sedang pengetahuan adalah hasil pengamatan yang bersifat tetap, karenatidak memberikan tempat bagi pengkajian dan pengujian secara kritis oleh oranglain, dengan demikian tidak bersifat sistematik dan tidak objektif serta tidak universal.
2.1 Proses Terbentuknya Ilmu Pengetahuan
a) Syarat-syarat Ilmu Pengetahuan Ilmiah
Agar dapat diuraikan proses terbentuknya ilmu pengetahuan ilmiah, perluterlebih dahulu diuraikan syarat-syarat ilmu pengetahuan ilmiah.Menurut Karlina Supeli Laksono dalam Filsafat Ilmu Pengetahuan(Epsitomologi) pada Pascasarjana Universitas Indonesia tahun 1998/1999, ilmu pengetahuan ilmiah harus memenuhi tiga syarat, yaitu:
1) Sistematik; yaitu merupakan kesatuan teori-teori yang tersusun sebagaisuatu sistem.
2) Objektif; atau dikatakan pula sebagai intersubjektif, yaitu teori tersebutterbuka untuk diteliti oleh orang lain/ahli lain, sehingga hasil penelitian bersifatuniversal.
3) Dapat dipertanggungjawabkan; yaitu mengandung kebenaran yang bersifatuniversal, dengan kata lain dapat diterima oleh orang-orang lain/ahli-ahli lain.
Tiga syarat ilmu pengetahuan tersebut telah diuraikan secara lengkap pada sub bab di atas.Pandangan ini sejalan dengan pandangan Parsudi Suparlan yang menyatakan bahwa Metode Ilmiah adalah suatu kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuanilmiah. Selanjutnya dinyatakan bahwa penelitian ilmiah dilakukan dengan berlandaskan pada metode ilmiah. Sedangkan penelitian ilmiah harus dilakukansecara sistematik dan objektif
(Suparlan P., 1994). Penelitian ilmiah sebagai pelaksanaan metode ilmiah harus sestematik dan objektif, sedang metode ilmiahmerupakan suatu kerangka bagi terciptanya ilmu pengetahuan ilmiah. Maka jelaslah bahwa ilmu pengetahuan juga mempersyaratkan sistematik dan objektif. Sebuah teori pada dasarnya merupakan bagian utama dari metode ilmiah.Suatu kerangka teori menyajikan cara-cara mengorganisasikan danmenginterpretasi-kan hasil-hasil penelitian, dan menghubungkannya dengan hasil-hasil penelitian yang dibuat sebelumnya. Jadi peranan metode ilmiah adalah untuk menghubungkan penemuan-penemuan ilmiah dari waktu dan tempat yang berbeda.Ini berarti peranan metode ilmiah melandasi corak pengetahuan ilmiah yangsifatnya akumulatif . Dari uraian tersebut di atas dapatlah dikatakan bahwa prosesterbentuknya ilmu pengetahuan ilmiah melalui metode ilmiah yang dilakukandengan penelitian-penelitian ilmiah. Pembentukan ilmu pengetahuan ilmiah pada dasarnya merupakan bagian yang penting dari metode ilmiah. Suatu ilmu pengetahuan ilmiah menyajikan cara-cara pengorganisasian dan penginterpretasian hasil-hasil penelitian, danmenghubungkannya dengan hasil-hasil penelitian yang dibuat sebelumnya oleh peneliti lain. Ini berarti bahwa ilmu pengetahuan ilmiah merupakan suatu prosesakumulasi dari pengetahuan. Di sini peranan metode ilmiah penting yaitumenghubungkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah dari waktu dan tempat yang berbeda. Walaupun dalam ilmu pengetahuan alam ( sains) metode ilmiahmenekankan metode induktif guna mengadakan generalisasi atas fakta-faktakhusus, dalam rangka penelitian, penciptaan teori dan verifikasi, tetapi dalam ilmu-ilmu sosial, baik metode induktif maupun deduktif sama-sama penting. Walaupunfakta-fakta empirik itu penting peranannya dalam metode ilmiah namun kumpulanfakta itu sendiri tidak menciptakan teori atau ilmu pengetahuan (Suparlan P., 1994).Jadi jelaslah bahwa ilmu pengetahuan bukan merupakan kumpulan pengetahuanatau kumpulan fakta-fakta empirik. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan karenafakta-fakta empirik itu sendiri agar mempunyai makna, fakta-fakta tersebut harusditata, diklasifikasi, dianalisis, digeneralisasi berdasarkan metode yang berlaku sertadikaitkan dengan fakta yang satu dengan yang lain.Dalam ilmu-ilmu sosial prinsip objektivitas merupakan prinsip utama dalammetode ilmiahnya. Hal ini disebabkan ilmu sosial berhubungan dengan kegiatanmanusia sebagai mahluk sosial dan budaya sehingga tidak terlepas adanyahubungan perasaan dan emosional antara peneliti dengan pelaku yang diteliti.Untuk menjaga objektivitas metode ilmiah dalam ilmu-ilmu sosial berlaku prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) Ilmuwan harus mendekati sasaran kajiannya dengan penuh keraguan dan skeptis.
b) Ilmuwan harus objektif yaitu membebaskan dirinya dari sikap, keinginan,kecenderungan untuk menolak, atau menyukai data yang dikumpulkan.
c) Ilmuwan harus bersikap netral, yaitu dalam melakukan penilaian terhadaphasil penemuannya harus terbebas dari nilai-nilai budayanya sendiri. Demikian pula dalam membuat kesimpulan atas data yang dikumpulkan jangan dianggapsebagai data akhir, mutlak, dan merupakan kebenaran universal
(Suparalan P.,1994).Sedang pelaksanaan penelitian yang berpedoman pada metodeilmiah hendaknya memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a) Prosedur penelitian harus terbuka untuk diperiksa oleh peneliti lainnya.
b) Definisi-definisi yang dibuat adalah benar dan berdasarkan konsep-konsepdan teori-teori yang sudah ada/baku.
c) Pengumpulan data dilakukan secara objektif, yaitu dengan menggunakanmetode-metode penelitian ilmiah yang baku.d)Hasil-hasil penemuannya akan ditentukan ulang oleh peneliti lain bilasasaran, masalah, pendekatan, dan prosedur penelitiannya sama (Suparlan P.,1994).
b) Metode Penelitian Ilmiah
Pada dasarnya metode penelitian ilmiah untuk ilmu-ilmu sosial dapatdibedakan menjadi dua golongan pendekatan, yaitu: (1) pendekatan kuantitatif;(2) pendekatan kualitatif.
1) Pendekatan Kuantitatif
Landasan berpikir dari pendekatan kuantitatif adalah filsafat positivismeyang dikembangkan pertama kali oleh Emile Durkheim (1964). Pandangan darifilsafat positivisme ini yaitu bahwa tindakan-tindakan manusia terwujud dalamgejala-gejala sosial yang disebut fakta-fakta sosial. Fakta-fakta sosial tersebutharus dipelajari secara objektif, yaitu dengan memandangnya sebagai benda,seperti benda dalam ilmu pengetahuan alam.Caranya dengan melakukan observasi atau mengamati sesuatu fakta sosial,untuk melihat kecenderungan-kecenderungannya, menghubungkan dengan fakta-fakta sosial lainnya, dengan demikian kecenderungan-kecenderungan suatu faktasosial tersebut dapat diidentifikasi. Penggunaan data kuantitatif diperlukan dalamanalisa yang dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya demi tercapainyaketepatan data dan ketepatan pengguna model hubungan variabel bebas danvariabel tergantung (Suparlan P., 1997).
2) Pendekatan Kualitatif Landasan berpikir dalam pendekatan kualitatif adalah pemikiran MaxWeber (1997) yang menyatakan bahwa pokok penelitian sosiologi bukan hanyagejala-gejala sosial, tetapi juga dan terutama makna-makna yang terdapat di balik tindakan-tindakan perorangan yang mendorong terwujudnya gejala-gejala sosialtersebut. Oleh karena itu, metode yang utama dalam sosiologi dari Max Weber adalah Verstehen atau pemahaman (jadi bukan Erklaren atau penjelasan). Agar dapat memahami makna yang ada dalam suatu gejala sosial, maka seorang peneliti harus dapat berperan sebagai pelaku yang ditelitinya, dan harus dapatmemahami para pelaku yang ditelitinya agar dapat mencapai tingkat pemahamanyang sempurna mengenai makna-makna yang terwujud dalam gejala-gejala sosialyang diamatinya (Suparlan P., 1997).
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ilmu pengetahuan tidak terbentuk begitu saja, tetapi berkembang secara bertahap. Periode pertama (Abad 4 Sebelum Masehi) merupakan abad terjadinya pergeseran dari persepsi mitos ke persepsi logos, dari dongeng-dongeg ke analisisini merupakan perintisan analisi secara alamiah. tetapi belum ilmiah.Periode kedua (Abad 17 sesudah Masehi), dalam periode ini terjadi revolusiilmu pengetahuan karena adanya perombakan secara total dalam cara berfikir.Apabila Aristoteles (tokoh periode pertama) cara berfikirya adalah ontologisrasional, yaitu berfikir tentang hakekat, jadi berfikir metafisis, sedang Galilio danGall/el (tokoh periode kedua) cara berfikir dalam bentuk kuantitatif atau matematis.Cara kerja ilmiah abad 17 adalah mengkonstruksi suatu model yang dapat diujicoba secara empiris.Sejak abad 17 ilmu pengetahuan berpijak pada prinsip-prinsip yang kuatyaitu jelas dan terpilah-pilah (clearly and distincly), ini berarti satu pihak menggunakan kesadaran pihak lain.Ilmu pengetahuan bukanlah hasil dari kesimpulan logis dari hasil pengamatan, namun haruslah merupakan kerangka konseptual atau teori yangmemberi tempat bagi pengkajian dan pengujian secara kritis oleh ahli-ahli laindalam bidang yang sama.Sedang pengetahuan adalah hasil pengamatan yang bersifat tetap, karenatidak memberikan tempat bagi pengkajian dan pengujian secara kritis oleh oranglain, dengan demikian tidak bersifat sistematik, dan tidak objektif serta tidak universal.
DAFTAR PUSTAKA
Akhyar Yusuf Lubis (2004). Filsafat Ilmu Metodologi Posmodernis: Cimangis,Bojong gede: Akademia.
Soerjono soekanto (1990). Sosiologi suatu pengantar: Jakarta: PT.RajaGrafindoPersada:Surajiyo.Ilmu Filsafat Suatu Pengantar,Jakarta.PT Bumi Aksara,2005
Muntasyir,Rizal.Filsafat Ilmu,Yogyakarta.Pustaka Pelajar,2006
Hakim,Nasution.Pengantar ke Filsafat Sains,Jakarta.Litera AntarNusa,1992
Suriasumantri,Jujun S.Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer,Jakarta.PustakaSinar Harapan,2007
Bakar,Osman.Tauhid dan Sains,Bandung.Pustaka Hidayah,1995
Post a Comment
0 Comments