BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Yang melatar belakangi penelitian ini adakah rasa ingin tahu kami tentang khulafaur rasyidin
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana biografi dan silsilah nya ?
2. Bagaimana proses pengangkatan nya ?
3. Apa saja kebijakan nya ?
4. Bagaimana meninggal nya ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk memenuhi tugas SKI
2. Untuk mencari tahu tentang khulafaur rasyidin.
BAB 2 PEMBAHASAN
A. ABU BAKAR
1. BIOGRAFI DAN SILSILAH
Nama asli beliau adalah Abdullah Ibnu Abi Quhafah at Tamimi, di masa jahiliyah bernama Abdul Ka’bah. Setelah masuk Islam, Nabi mengganti namanya menjadi Abdullah Abu Bakar. Namun orang-orang memanggilnya Abu Bakar. Nama ini diberikan karena ia adalah orang yang paling dini memeluk Islam. Dalam bahasa Arab, Bakar berarti dini atau pagi. Selain itu, Abu Bakar sering kali dipanggil Atiq atau yang tampan, karena ketampanan wajahnya. Sementara Nabi memberikan Abu Bakar gelar As-Shidiq , dikarenakan dia membenarkan kisah Isra’ Mi’raj nabi ketika banyak penduduk Mekkah mengingkarinya.
Adapun silsilah Abu Bakar siddiq dari ayah adalah Abu Bakar (Abdullah) bin Quhafah (usman) bin Umar Ka'ab bin Sa'id bin Taimi bin Murrah bin Luayyi bin Ghalib bin Fahrin Attami dari suku Quraisy. Sedangkan keturunan dari ibunya adalah Abu Bakar bin Ummul khair binti Shahr bin Umar bin Ka'ab bin Taimi bin Murrah. Jadi silsilah Abu Bakar Siddiq dari ayah dan ibunya bertemu pada kakeknya yang bernama Umar bin Ka'ab.
2. PENGANGKATAN ABU BAKAR
Pasca meninggalnya Rasulullah SAW, kaum Anshar (penduduk asli Madinah), berkumpul di Saqifah bani Saa’idah. Bukan sekadar berkumpul, tapi mereka sedang mendulang dukungan kepada Sa’ad bin Ubaidah RA sebagai pimpinan, menggantikan Nabi. Peristiwa tersebut didengar oleh Umar bin Khaththab. Umar lalu memberitahukan kepada Abu Bakar ash-Shiddiq. Lalu, Umar dan Abu Bakar mengajak Abu Ubaidah RA menuju ke Saqifah bani Saa’idah.
Sesampainya di sana, jumlah umat semakin banyak, dan di depan umat itulah Abu Bakar berpidato agar umat memilih Umar atau Abu Ubaidah. Tapi keduanya menolaknya. Bahkan Umar dan Abu Ubaidah bersepakat untuk membaiat Abu Bakar. Belum juga mereka menjabat tangan Abu Bakar, Basyir bin Sa’ad yang berasal dari kaum Anshar, menjabat tangan Abu Bakar dan langsung membaiatnya. Dari sini lalu khalayak membaiat Abu Bakar, baik dari kalangan Anshar, Muhajirin, dan tokoh Islam lainnya. Abu Bakar tidak lagi sanggup menolak amanah yang diberikan umat kepadanya.
3. KEBIJAKAN DAN STRATEGI
A. Pembukuan Al-Qur’an
Perang Riddah menimbulkan banyak kurban, termasuk sebagaian para penghafal Al-Qur’an. Kenyataan ini sangat merugikan sekaligus menghawartirkan Jika semakin banyak penghafal Al-Qur’an gugur, akibatnya Al-Qur’an bisa hilang. Menyadari hal ini, Umur bin Khatab mencatat semua hafalan Al-Qur’an pada para sahabat yang masih hidup. Dengan demikian, Al-Qur’an dapat diwariskan kepada generasi mendatang.
B. Perluasan wilayah baru (Futuhat)
Ketika Abu Bakar menjabat sebagai khalifah pertama, ia berusaha mewujudkan keinginan tersebut dalam upaya memperluas wilayah kekuasaan Islam ke daerah Syiria. Untuk keperluan tersebut Abu Bakar menugaskan 4 orang panglima perang, yaitu :
1) Yazid bin Abu Sufyan yang ditugaskan di Damaskus.
2) Abu Ubaidah bin Jarrah ditugaskan di Homs sebagai panglima besarnya.
3) Amru bin Ash ditugaskan di Palestina.
4) Surahbil bin Hasanah ditugaskan di Yordania.
C. Memerangi kaum riddah
Untuk memerangi kemurtadan ini dibentuklah sebelas pasukan. Sebelum pasukan dikirim ke daerah yang ditinjau, terlebih dahuludikirim surat yang menyeru kepada mereka agar kembali kepada ajaran Islam, namun tidak mendapat sambutan. Terpaksa pasukan dikirimkan dan membawa hasil yang gemilang. Kebijakan tersebut dilakukan dengan tujuan terciptanya persatuan umat, penegakan hokum dan keadilan. Hal lain yang dilakukan Abu Bakar adalah mengangkat Ali sebagai deputinya untuk mengurusi masalah kesekretariatan Negara di samping Umar dsan Abu Ubadah ibn Jarrah. Dalam masalah keadilan, ia berjanji akan melindungi si lemahdari pemerkosaan si kuat tanpa pandang bulu.
D. Penataan Birokrasi Pemerintahan
Dalam masalah penataan birokrasi pemerintahan khalifah Abu Bakar masih meneruskan system pemerintahan yang bersifat sentral, yakni sepertihalnya pemerintaha n yang berjalan dimasa Rasululla ,yaitu kekuasaan eksekutif, legeslatif, yudikataf terpusat disatu tangan.
4. PROSES MENINGGALNYA ABU BAKAR
Mengenai wafatnya Abu Bakar As-Siddiq ini bertepatan dengan bulan Jumadil Akhir 13 H, para ahli sejarah ada yang mengatakan bahwa wafat beliau diwaktu antara Maghrib sampai dengan Isya’. Anas bin Malik r.a. berkata, “Sayyid Abu Bakar sangat sepuh sekaligus sesepuhnya para sahabat.”[ HR Imam Bukhari dalam ‘al-Tarikh al-Shaghir, Juz I, hlm. 31, Imam Muslim dalam ‘Shahih Muslim’ no. 2348].
Disebutkan oleh para sejarah bahwa sebab beliau jatuh sakit dan wafat bahwa beliau dan al-Harits seorang tabib yang masyhur pernah memakan khazirah 42 yang dihadiahkan kepada Abu Bakar, maka setelah memakan daging itu berkata al-Harits, “Angkatlah tangan anda wahai Khalifah Rasulullah, demi Allah sesungguhnya daging ini telah beracun, maka Abu Bakar segera mengangkat tangannya, sejak itu keduanya selalu merasa sakit-sakitan hingga akhirnya keduanya wafat satu tahun kemudian.[Ath-Thabaqat al-Kubra, 3-198].
Salah satu wasiat beliau kepada ‘Aisyah, : Aku tidak meninggalkan harta untuk kalian kecuali hewan yang sedang hamil, serta budak yang selalu membantu kita untuk membuat pedang kaum muslimin, karena itu jika aku wafat tolong berikan seluruhnya kepada Umar. Ketika ‘Aisyah menunaikan wasiat itu kepada Umar maka Umar berkata, “Semoga Allah merahmati Abu Bakar, sesungguhnya dia telah membuat kesulitan (untuk mengikutinya) bagi orang-orang yang menjadi khalifah setelahnya.[Ibid, 3-192 dengan sanad yang shahih].
B. UMAR BIN KHATTAB
1. BIOGRAFI DAN SILSILAH
Umar ibnu Khatab putera dari Nufail al Quraisy dari suku bani Adi, salah
satu kabilah suku Quraisy. Tidak ada yang tahu pasti kapan Umar ibnu Khatab dilahirkan. Ia dibesarkan layaknya anak-anak lainnya. Memasuki usia remaja, Umar menggembalakan unta ayahnya, Khatab bin Nufail, di pinggiran kota Mekkah. Selain bergulat, berkuda merupakan keahlian Umar lainnya.. Secara fisik, tubuh Umar kekar, kulitnya putih kemerah-merahan dan kumisnya lebat.
2. PENGANGKAAATAN UMAR BIN KHATTAB
Tatkala Abu Bakar ash-Shiddiq merasakan ajalnya sudah dekat, ia mengundang para sahabat untuk membahas siapa penggantinya. Abu Bakar juga menulis surat yang ditujukan kepada khalayak, yang menjelaskan atas apa pilihannya itu. Abu Bakar menjatuhkan pilihannya kepada Umar bin Khaththab. “Tapi, kepada para sahabat, Abu Bakar berkata, ‘Saya menjatuhkan pilihan kepada Umar, tapi Umar bebas menentukan sikap’.”
Rupanya, umat juga bersetuju dengan Abu Bakar. Lalu, kepada Umar, Abu Bakar berpesan, “Sepeninggalku nanti, aku mengangkatmu sebagai penggantiku…” ucap Abu Bakar pada Umar bin Khaththab.
“Aku sama sekali tak memerlukan jabatan khalifah itu,” Umar menolak. Tapi, atas desakan Abu Bakar dan dengan argumentasi yang membawa misi Ilahi, Umar luluh dan menerimanya. Sepeninggal Abu Bakar, ketika Umar dilantik jadi khalifah, ia justru menangis. Orang-orang pun bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, mengapa engkau menangis menerima jabatan ini?”
“Aku ini keras, banyak orang yang takut padaku. Kalau aku nanti salah, lalu siapa yang berani mengingatkan?”
Tiba-tiba, muncullah seorang Arab Badui dengan menghunus pedangnya, seraya berkata, “Aku, akulah yang mengingatkanmu dengan pedang ini.”
“Alhamdulillah,” puji Umar pada Ilahi, karena masih ada orang yang mau dan berani mengingatkannya bila ia melakukan kesalahan.
3. KEBIJAKAN DAN STRATEGI
a. Pengembangan Wilayah Islam
Pada masa pemerintahan Umar bin Khatab, usaha pengembangan Wilayah Islam terus dilanjutkan. Kemenangan dalam perang Yarmuk pada masa Abu Bakar, membuka jalan bagi Umar untuk menggiatkan lagi usahanya. Dalam pertempuran di Ajnadin tahun 16 H/636 M, tentara Romawi dapat dikalahkan. Selanjutnya beberapa kota di pesisir Syiria dan Pelestina, seperti Jaffa, Gizar, Ramla, Typus, Uka (Acre), Askalon dan Beirut dapat ditundukkan pada tahun 18 H/638 M dengan diserahkan sendiri oleh Patrik kepada Umar bin Khatab. Khalifah Umar bin Khatab melanjutkan perluasa dan pengembangan wilayah Islam ke Persia yang telah dimulai sejak masa Khalifah Abu Bakar. Pasukan Islam yang menuju Persia ini berada di bawah pimpinan panglima Saad bin Abi Waqas. Dalam perkembangna berikutnya, berturut-turut dapat ditaklukan beberapa kota, seperti kadisia tahun 16 H/636M, kota Jalula tahun 17 H/638 M. Madain tahun 18 H / 639 M dan Nahawand tahun 21 H / 642 M. Khalifah Umar bin Khatab juga mengembangkan kekuasaan Islam ke Mesir. Pada saat itu penduduk Mesir, yaitu suku bangsa Qibti (Qopti) sedang mengalami penganiayaan dari bangsa Romawi dan sangat mengaharapkan bantuan dari orang-orang Islam. Setelah berhasil menaklukkan Syiria dan Palestina, Khalifah Umar bin Khatab memberankatkan pasukannya yang berjumlah 4000 orang menuju Masir di bawah pimpinan Amr bin Ash. Sasaran pertama adalah menghancurkan pintu gerbang al Arisy, lalu berturut-turut al Farma, bilbis, tendonius (Ummu Dunain), Ain Sams, dan juga berhasil merebut benteng babil dan Iskandariyah.
b. Mengeluarkan Undang-Undang
Di antara jasa dan peninggalan Umar bin Khatab selama ia menjabat khalifah adalah menertibkan pemerintahan dengan mengeluarkan undang-undang. Diadakan kebijakan peraturan perundangan mengenai ketertiban pasar, ukuran dalam jual beli, mengatur kebersihan jalan dan lain-lain.
c. Membagi Wilayah Pemerintahan
Khalifah Umar bin Khatab juga membagi daerah menjadi beberapa daerah pemerintahan, yaitu pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Khalifah bertindak sebagai pemimpin pemerintahan pusat, sedangkan di daerah dipegang oleh para gubernur yang membantu tugas pemerintahan khalifah di daerah-daerah.
d. Membentuk beberapa dewan
Selain itu, Khalifah Umar bin Khatab juga membentuk beberapa dewan, di antarannya Dewan Perbendaharaan Negara, dan Dewan Militer. Ia juga membentuk utusan kehakiman, di mana hakim yang terkenal pada waktu itu adalah Ali bin Abu Thalib.
4. PROSES MENINGGALNYA UMAR BIN KHATTAB
Sayyidina Umar bin Khattab –radhiyallahu ‘anhu- dibunuh oleh Abu Lu’lu’, seorang budak pada saat ia memimpin shalat Subuh. Abu Lu’lu’ ini adalah salah seorang warga Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Sayyidina Umar bin Khattab –radhiyallahu ‘anhu-.Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lu’lu’ terhadap Sayyidina Umar bin Khattab –radhiyallahu ‘anhu-.Abu Lu’lu’ merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara digdaya, oleh Umar bin Khattab radhiyallahu anhu. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Beliau dimakamkan bersanding dengan kedua sahabatnya, yaitu Baginda Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallama dan Abu Bakar radhiyallahu anhu.
C. USMAN BIN AFAN
1. BIOGRAFI DAN SILSILAH
Usman bin Affan enam tahun lebih muda dari pada Nabi. Kabilahnya Bani Umayyah, merupakan kabilah Quraisy yang dihormati karena kekayaannya. Kekayaan tersebut mereka peroleh dari usaha perdagangan. Keluarga Usman juga kaya raya. Pada usia remaja, Usman sudah mulai menjalankan usaha dagangnya ke berbagai negeri. Abu Bakar, salah satu sahabat nabi dan sebagai teman dagang. Lewat Abu Bakar inilah Usman masuk Islam. Sislsilah nya
2. PENGANGKATAN USMAN BIN AFFAN
Sebagaimana tersebut dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Umar tidak mau menunjuk penggantinya. Kepada para sahabat, dia berpesan, “Hendaklah kalian meminta pertimbangan pada sekelompok orang yang oleh Rasulullah SAW pernah disebut sebagai calon penghuni surga. Mereka adalah Ali bin Abi Thalib RA, Utsman bin Affan RA, Abdurrahman bin Auf RA, Zubair bin al-Awwam RA, Sa’ad bin Abi Waqqash RA dan Thalhah bin Sa’ad Ubaidillah RA.
Hendaklah engkau memilih salah satu dari mereka untuk menjadi pemimpin. Dan bila sudah terpilih, maka dukunglah dan bantulah pemimpin itu dengan baik.”
Ketika Umar meninggal dunia, para sahabat berkumpul di rumah Aisyah RA, kecuali Thalhah yang sedang berada di luar kota. Mereka pun bermusyawarah, siapa sebaiknya yang patut menggantikan Umar. Di tengah membicarakan mekanismenya, Abdurrahman angkat bicara, “Siapa di antara kalian yang mengundurkan diri dari pencalonan ini, maka dia berhak menentukan siapa pengganti Khalifah Umar.” Tak seorang pun yang berkomentar. Maka, Abdurrahman berinisiatif mengundurkan diri. Yang lain berjanji akan tetap bersama Abdurrahman, dan menerima apa yang akan diputuskannya.
Meski sudah mendapat mandat dari para calon ahli surga, Abdurrahman tak mau gegabah untuk memutuskan siapa yang mesti dipilih sebagai khalifah. Selama tiga hari tiga malam Abdurrahman mendatangi berbagai komponen masyarakat untuk didengar aspirasinya.
Pada hari ketiga, barulah Abdurrahman memutuskan Utsman sebagai pengganti Umar. Abdurrahman membaiat Utsman, diikuti oleh para sahabat lainnya, termasuk mereka yang disebut-sebut oleh Rasulullah SAW sebagai ahli surga.
3. KEBIJAKAN DAN STRATEGI
a. Perluasan Wilayah
Pada masa khalifah Usman terdapat juga beberapa upaya perluasan daerah kekuasaan Islam di antaranya adalah melanjutkan usaha penaklukan Persia. Kemudian Tabaristan, Azerbaijan dan Armenia. Usaha perluasan daerah kekuasaan Islam tersebut lebih lancar lagi setelah dibangunnya armada laut. Satu persatu daerah di seberang laut ditaklukanya, antara lain wilayah Asia Kecil, pesisir Laut Hitam, pulau Cyprus, Rhodes, Tunisia dan Nubia. Dalam upaya pemantapan dan stabilitas daerah kekuasaan Islam di luar kota Madinah, khalifah Usman bin Affan telah melakukan pengamanan terhadap para pemberontak yang melakukan maka di daerah Azerbaijan dan Rai, karena mereka enggan membayar pajak, begitu juga di Iskandariyah dan di Persia.
b. Standarisasi Al-Qur’an
Pada masa Usman, terjadi perselisihan di tengah kaum muslimin perihal secara baca Al-Qur’an (qiraat). Perlu diketahui terlebih dahulu bahwa Al-Qur’an diturunkan dengan beragam cara baca. Karena perselisihan ini, hampir saja terjadi perang saudara. Kondisi ini dilporkan oleh Hudzaifah al Yamani kepada Khalifah Usman. Menanggapai laporan tersebut, Khalifah Usman memutuskan untuk melakukan penyeragaman cara baca Al-Qur’an. Cara baca inilah yang akhirnya secara resmi dipakai oleh kaum muslimin. Dengan demikian, perselisihan dapat diselesaikan dan perpecahan dapat dihindari.
c. Pengangkatan Pejabat Negara
Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun. Pada paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Usman sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Ini mungkin karena umurnya yang lanjut (diangkat dalam usia 70 tahun) dan sifatnya yang lemah lembut. Akhirnya pada tahun 35 H/655 M, Usman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdir dari orang-orang yang kecewa itu. Salah satu faktor yang menyebabkan banyak kecewa terhadap kepemimpinan Usman adalah kebijaksanannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting di antaranya adalah Marwan ibnu Hakam. Dialah pada dasarnya yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Usman hanya menyandang gelar khalifah. Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting. Usman laksana boneka dihadapan kerabatnya tersebut. Dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan bawahan. Harta kekayaan negara, oleh kerabatnya dibagi-bagikan
tanpa terkontrol oleh Usman sendiri.
d. Pembangunan Fisik
Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pada masa Usman tidak ada kegiatan- kegiatan yang penting. Usman berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas mesjid Nabi di Madinah.
4. PROSES MENINGGALNYA USMAN BIN AFAN
Bermula dari fitnah yang melanda pemerintahan Utsman bin Affan. Abdullah bin Saba' mendatangi Ali bin Abi Thalib dan 'merayunya' untuk menggantikan Khalifah Utsman bin Affan.
Ali menolaknya mentah-mentah, bahkan membunuh sebagian pengikut Abdullah bin Saba'. Akan tetapi pimpinan kaum munafik itu berhasil melarikan diri ke Mesir.
Setiba di Mesir Abdullah bin Saba' bertemu dengan beberapa kaum munafik untuk merencanakan makar yang hebat. Dengan pengaruhnya, Abdullah bin Saba' berhasil membuat opini tentang keburukan pemerintahan Utsman bin Affan di Madinah. Sehingga beberapa kaum muslim terpengaruh oleh cerita Abdullah bin Saba' itu.
Setelah dirasa banyak kaum muslimin yang terpengaruh. Abdullah bin Saba' bersama rombongannya kembali ke Madinah, dan membuat fitnah besar terhadap Khalifah Utsman bin Affan. Saking hebatnya api fitnah yang tersebar, sebagian para sahabat terpengaruh oleh ucapan kaum munafik tersebut. Sampai-sampai putra sulung Khalifah pertama, Abdurrahman bin Abu Bakar Ash-shiddiq mendatangi Sang Khalifah sembari marah dan menarik jenggotnya.
Pada suatu malam, tepatnya malam Kamis, Utsman bin Affan bermimpi. Ia bermimpi bertemu Rasulullah SAW dan berkata kepadanya, "Mereka telah membuatmu haus, wahai Utsman". Ia lalu berkata, "Benar, wahai Rasulullah". Rasulullah berkata lagi, "Mereka telah membuatmu lapar, wahai Utsman." Ia menjawab, "Benar, wahai Rasulullah". Rasulullah kembali berkata, "Mereka mengepungmu, wahai Utsman". Ia menjawab, "Benar, wahai Rasulullah".
Rasulullah berkata, "Sukakah bila besok kamu berpuasa, lalu berbuka di sisi kami?" Ia menjawab, "Mau, wahai Rasulullah". Ia kemudian bangun dari tidurnya sambil tertawa.
Detik-detik akhir telah datang. Para pengacau mulai menyalakan api di pintu rumah Utsman bin Affan. Para sahabat dan para pemuda kaum muslimin kemudian berdatangan ke rumah Utsman bin Affan, sementara Utsman berteriak dan memanggil mereka, "Aku bersumpah kepada kalian agar kalian kembali ke rumah kalian masing-masing dan tidak menetap kecuali dua orang, yaitu Hasan bin Ali dan Abdullah bin Umar bin Khattab".
Para pengacau mulai mengerahkan daya dan upaya mereka untuk mencoba memasuki rumah Utsman bin Affan. Istri Utsman kemudian mencoba untuk menampakkan rambutnya kepada mereka, dengan harapan jika melihat rambutnya yang terbuka, mereka pun tidak akan masuk. Akan tetapi Utsman bin Affan melarangnya.
Para pengacau kemudian masuk menemui Utsman yang sedang membaca Al-Qur'an dan ketika itu sedang berpuasa. Ia membaca firman Allah SWT dari Surah Al-Baqarah, "Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". [QS Al-Baqarah : 137]
Salah seorang pengacau tersebut kemudian masuk dan memukul Utsman bin Affan dengan pedangnya. Pukulan tersebut mengenai tangannya hingga putus. Utsman bin Affan kemudian berkata. "Allahu Akbar! Sesungguhnya, kamu tahu bahwa tangan ini telah menuliskan wahyu untuk Rasulullah SAW".
Kemudian datanglah Sayyidah Nailah, istrinya, bermaksud untuk membelanya. Tetapi mereka malah memotong jari-jarinya. Kemudian datanglah seorang laki-laki dan memukul Utsman bin Affan dengan potongan besi tepat mengenai bagian atas bahunya. Utsman lantas berkata, "Ya, Allah segala puji bagi-Mu". Utsman kemudian menutup Mushaf Al-Quran yang terlumuri dengan darahnya.
Utsman kemudian berkata lagi, "Ya Allah. wahai Zat yang memiliki kemuliaan, Aku bersaksi kepada-Mu bahwa aku telah bersikap sabar sebagaimana Nabi-Mu telah berwasiat kepadaku".
Utsman bin Affan kemudian terbunuh pada hari Jumat tanggal 18 Dzulhijjah. Ia dikubur di Pekuburan Baqi'. Lalu Ali bin Abi Thalib berdiri di atas makamnya seraya menangis dan berkata. "Aku mohon kepada Allah agar aku dan kamu termasuk dalam golongan yang di firmankan Allah, "Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara'. [QS Al-Hijr : 47]"
D. ALI BIN ABI TALIB
1. BIOGRAFI DAN SILSILAH
Ali bin Abu Thalib lahir pada hari Jum’at tanggal 13 Rajab di Kota Mekkah sekitar tahun 600 M. Ia lahir dari pasangan Abu Thalib bin Abdull Muthalib dan Fatimah binti Asad. Ketika lahir ibunya memberi nama haidar yang artinya singah. Namun sang ayah lebih suka menamainya Ali artinya tinggi dan luhur. Abu Thalib adalah kakak Abdullah ayah Nabi Muhammad. Jadi Ali dan Muhammad adalah saudara sepupu. Sejak kecil Ali hidup serumah dengan Muhammad Saw., berada di bawah asuhannya. Nabi tentu saja ingat bahwa dia pernah diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika dalam asuhan sepupunya inilah, Ali mendapat cahaya kebenaran yakni Islam. Tanpa ragu sedikit pun ia memutuskan untuk menyatakan beriman kepada Allah dan RasulNya. Keputusan ini dilakukan ketika Ali masih kecil, ketika umurnya baru 10 tahun. Secara keseluruhan, ia adalah orang ketiga yang
memeluk Islam dan yang pertama dari golongan anak-anak.
2. PENGANGKATAN ALI BIN ABI TALIB
Akhir hayat Utsman juga sama dengan yang dialami oleh Umar bin Khaththab, dibunuh oleh seseorang yang tak menyukai Islam terus berjaya. Sepeninggal Utsman, Ali didatangi oleh kaum Anshar dan Muhajirin. Mereka bersepakat untuk membaiat Ali. Tapi Ali menolaknya, karena ia memang tidak berambisi untuk menduduki jabatan duniawi. Tak ada pilihan, tak ada tokoh sekaliber dia. Umat pun terus mendesak. Akhirnya Ali luluh, dan berucap, “Baiklah, kalau begitu kita lakukan di masjid saja.” Dan Ali, dibaiat di dalam masjid.
3. KEBIJAKAN DANSTRAEGI
a. Penggantian pejabat lama dengan yang baru
Khalifah Ali bin Abu Thalib memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikitpun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang diangkat oleh Usman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi dikarenakan keteledoran mereka.
b. Penarikan Kembali Tanah Hadiah
Ali juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada penduduk dengan menyerahkan hasl pendapatannya kepada negara., dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan oleh Umar bin Khatab.
c. Mengadapi Para Pemberontak
Setelah kebijakan tersebut diterapkan, Ali bin Abu Thalib menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Usman, dan mereka menuntut bela terhadap darah Usman yang telah ditumpahkan secara zalim. Ali sebenarnya ingin sekali menghindari
perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara tersebut secara damai. Namun ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun terjadi. Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Perang Unta), karena Aisyah dalam pertempuran ini menunggang unta. Ali berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh ketika hendak melarikan diri, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.
4. PROSES MENINGGALNYA ALI BIN ABI TALIB
Ia meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh Abdrrahman bin Muljam, seseorang yang berasal dari golongan Khawarij (pembangkang) saat mengimami salat subuh di masjid Kufah, pada tanggal 19 Ramadhan, dan Ali menghembuskan napas terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriyah. Ali dikuburkan secara rahasia di Najaf, bahkan ada beberapa riwayat yang menyatakan bahwa ia dikubur di tempat lain.
BAB 3 PENUTUP
A. KESIMPULAN
Khulafaur rasyidin adalah Abu bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Khattab, dan Ali Bin Abi Thalib.
B. SARAN
Saya harap makalah ini dapat menambah wawasan akan khulafaur rasyidin.
DAFTAR PUSTAKA
Miftachul Ula. Maria Ulfa. M. Husein Tuanaya. 2014. Ski x. Jakarta. Kementrian agama
Post a Comment
0 Comments