geografi
MAKALAH GEOGRAFI TENTANG PERSEBARAN WILAYAH BENCANA ALAM DI INDONESIA
by
A. Taufik
March 02, 2018
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bencana dapat disebabkan oleh kejadian alam (natural disaster) maupun oleh ulah manusia (man-made disaster). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan bencana antara lain:
Bahaya alam (natural hazards) dan bahaya karena ulah manusia (man-made hazards) yang menurut United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR) dapat dikelompokkan menjadi bahaya geologi (geological hazards), bahaya hidrometeorologi (hydrometeorological hazards), bahaya biologi (biological hazards), bahaya teknologi (technological hazards) dan penurunan kualitas lingkungan (environmental degradation) Kerentanan (vulnerability) yang tinggi dari masyarakat, infrastruktur serta elemen-elemen di dalam kota/ kawasan yang berisiko bencana Kapasitas yang rendah dari berbagai komponen di dalam masyarakat
Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa - Nusa Tenggara, Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986).
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana persebaran wilayah bencana alam di Indonesia?.
C. TUJUAN PENULISAN
Untuk mengetahui persebaran wilayah bencana alam di Indonesia.
BAB II PEMBAHASAN
A. LETUSAN GUNUNG BERAPI
Indonesia adalah negara yang memiliki paling banyak gunung berapi aktif di seluruh dunia. Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik beserta Lempeng Indo-Australia adalah tiga lempeng tektonik aktif yang menyebabkan terjadinya zona-zona tumbukan yang kemudian membentuk gunung-gunung berapi ini. Indonesia diperkirakan memiliki 129 gunung berapi, semuanya diawasi dengan hati-hati oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Hal ini dilakukan karena sejumlah gunung berapi di Indonesia terus menunjukkan aktivitas. Apalagi, diperkirakan lebih dari lima juta orang tinggal (dan/atau kerja) di "zona bahaya" sebuah gunung berapi (yang harus segera dievakuasi kalau gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).
Setidaknya ada satu letusan gunung berapi yang signifikan di Indonesia setiap tahun. Namun, biasanya hal ini tidak menyebabkan kerusakan yang besar bagi lingkungan atau menewaskan korban jiwa karena gunung-gunung berapi yang paling aktif terletaknya biasanya di tempat-tempat terpencil.
Beberapa peristiwa letusan gunung berapi yang berdampak berat dalam sejarah Indonesia disebutkan di tabel di bawah. Daftar ini hanya mencakup letusan yang berskala besar dan menewaskan paling sedikit 20 orang.
Gunung Api | Lokasi | Tanggal Letusan | Korban Jiwa |
Merapi | Jawa Tengah | 03 November 2010 | 138 |
Kelut | Jawa Timur | 10 Februari 1990 | 35 |
Galunggung | Jawa Barat | 05 April 1982 | 68 |
Merapi | Jawa Tengah | 06 Oktober 1972 | 29 |
Kelut | Jawa Timur | 26 April 1966 | 212 |
Agung | Bali | 17 Maret 1963 | 1,148 |
Merapi | Jawa Tengah | 25 November 1930 | 1,369 |
Kelut | Jawa Timur | 19 Mei 1919 | 5,110 |
Awu | Sulawesi Utara | 07 Juni 1892 | 1,532 |
Krakatau | Selat Sunda | 26 Augustus 1883 | 36,600 |
Galunggung | Jawa Barat | 08 Oktober 1822 | 4,011 |
Tambora | Sumbawa | 10 April 1815 | 71,000+ |
Tabel di atas menunjukkan bahwa Indonesia, rata-rata, diguncang oleh letusan gunung berapi besar (yang mengakibatkan banyak korban jiwa) setiap 15-20 tahun sekali.
Selain mengakibatkan korban jiwa, letusan gunung berapi bisa menyebabkan kerusakan yang berarti bagi ekonomi lokal dengan merugikan perusahaan-perusahaan kecil dan menengah yang terlibat di industri pariwisata, kuliner, akomodasi komersil, pertanian, perkebunan, dan peternakan.
Saat ini letusan gunung berapi memakan lebih sedikit korban jiwa (dibandingkan dengan dulu) karena metode pengawasan gunung berapi yang lebih baik dikombinasi dengan evakuasi darurat yang lebih terorganisir. Namun, mengingat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dengan hati-hati memonitor semua gunung berapi di Indonesia dan langsung melapor kepada para otoritas dan penghuni lokal kalau sebuah gunung berapi menunjukkan aktivitas yang membahayakan, seharusnya jumlah korban jiwa sangat sedikit karena penghuni lokal punya cukup banyak waktu untuk meninggalkan zona bahaya (berbeda dengan gempa bumi, letusan gunung berapi tidak menyerang secara tiba-tiba melainkan memberi cukup banyak tanda peringatan sebelum menjadi bencana yang mengancam jiwa).
Masalahnya, banyak penduduk lokal menolak meninggalkan rumah mereka (yang berada di dalam zona bahaya). Penolakan ini bisa berhubungan dengan penghidupan mereka (misalnya peternakan atau kebun mereka - yaitu satu-satunya sumber pendapatan mereka - berada di dalam zona bahaya). Tetapi penolakan itu juga bisa dijelaskan karena sistem kepercayaan animisme (tanda peringatan gunung api - seperti abu dan guntur - dianggap tanda kemarahan nenek moyang mereka, dan dengan berdoa kepada dewa-dewa setempat, masyarakat lokal percaya bahwa mereka akan dilindungi).
daerah yang sering dilanda gunung meletus adalah daerah di sekitaran gunung berapi aktif, seperti di Gunung Merapi, Anak Krakatau, Kelud, Tengger, Lokon, dan lain-lainnya.
B. GEMPA BUMI
Gempa bumi mungkin adalah ancaman bencana alam terbesar di Indonesia karena terjadi tiba-tiba dan bisa menyerang wilayah padat penduduk, seperti kota-kota besar. Gempa bumi dengan kekuatan sekitar 5 atau 6 skala Richter terjadi hampir setiap hari di Indonesia namun biasanya tidak menyebabkan atau hanya sedikit menyebabkan kerugian. Kalau kekuatan gempa melewati 7 skala Richter, sebuah gempa bisa menyebabkan banyak kerusakan. Rata-rata, setiap tahunnya terjadinya satu gempa bumi dengan 7 skala Richter (atau lebih) di Indonesia dan menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan kerusakan infrastruktur maupun lingkungan hidup. Di bawah ini terdapat daftar gempa bumi-gempa bumi yang terjadi dalam sejarah baru-baru ini dan menyebabkan kerusakan parah beserta korban jiwa paling tidak 20 orang:
Pulau | Tanggal | Kekuatan | Korban Jiwa |
Sumatra | 07 Desember 2016 | 6.5 | 104 |
Sumatra | 02 Juli 2013 | 6.1 | 42 |
Sumatra | 25 Oktober 2010 | 7.7 | 435 |
Sumatra | 30 September 2009 | 7.6 | 1,117 |
Jawa | 02 September 2009 | 7.0 | 81 |
Sumatra | 12 September 2007 | 8.5 | 23 |
Sumatra | 06 Maret 2007 | 6.4 | 68 |
Jawa | 17 Juli 2006 | 7.7 | 668 |
Jawa | 26 Mei 2006 | 6.4 | 5,780 |
Sumatra | 28 Maret 2005 | 8.6 | 1,346 |
Sumatra | 26 Desember 2004 | 9.2 | 283,106 |
Gempa bumi merupakan ancaman konstan di Indonesia karena pertemuan lempeng tektonik dan aktivitas vulkanik di wilayah ini. Beberapa ilmuwan bumi saat ini sedang menunggu "gempa besar" berikutnya di Indonesia karena adanya tekanan berat pada salah satu batas lempeng besar bumi di sebelah barat Sumatra (yaitu "tabrakan" antara lempeng samudra India dan lempeng Asia), yang mirip dengan gempa berskala 9,2 yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 dan menyebabkan tsunami yang parah (lebih banyak informasi tentang tsunami ini disediakan di bawah). Namun, ilmuwan tidak tahu kapan, atau di mana, gempa besar berikutnya akan terjadi.
Sebagian sebab dari banyaknya jumlah korban jiwa di Indonesia saat kena gempa bumi besar adalah karena konstruksi yang buruk dari rumah-rumah dan infrastruktur. Itu sebabnya mengapa gempa yang sedang bisa saja menyebabkan jatuhnya banyak korban, runtuhnya gedung-gedung, dan hilangnya tempat tinggal bagi banyak orang. Sebuah publikasi dari Bank Dunia (dirilis pada Oktober 2010) mengekspresikan kekuatiran akan dampak yang mengerikan yang terjadi apabila sebuah gempa dengan kekuatan 8,5 skala Richter terjadi di sebuah megapolitan seperti Jakarta.
Daerah-daerah yang rawan gempa bumi adalah Aceh, Padang, Nias, Jambi, Bengkulu, Lampung, Tasikmalaya, Klaten, Bali, Sulawesi, Papua, dan lain-lainnya.
C. TSUNAMI
Sebuah gempa bumi atau letusan gunung berapi dalam laut bisa menyebabkan gelombang tsunami yang memiliki dampak mengerikan bagi manusia dan semua objek di dekat laut. Pada tahun 2004, sejumlah negara di dunia diguncang oleh gempa bumi di Samudera Hindia dan tsunami yang menyusul kemudian, menewaskan 167.000 orang di Indonesia (terutama Aceh) dan mengakibatkan perpindahan lebih dari setengah juta orang karena ribuan rumah disingkirkan oleh air lautnya. Meskipun sebuah tsunami yang sangat besar seperti yang terjadi pada akhir tahun 2004 sangat jarang, wilayah Sumatra sering dikejutkan dengan gempa bumi di bawah laut yang berpotensi menyebabkan tsunami.
Dengan peristiwa tsunami 2004 masih segar di dalam ingatan, tingkat kekuatiran masyarakat sangat tinggi. Masyarakat Indonesia yang bertempat tinggal di desa-desa atau kota-kota dekat pantai sering melarikan diri ke wilayah perbukitan (yang terletak lebih ke tengah daratan) setelah sebuah gempa bumi terjadi karena mereka takut menjadi korban tsunami (walau biasanya alarm palsu karena tidak terjadinya tsunami). Rata-rata, setiap lima tahun sekali sebuah tsunami besar terjadi di Indonesia, biasanya di pulau Sumatra dan pulau Jawa. Pada umumnya, kerusakan pada infrastruktur melebihi jumlah korban jiwa. Ada alat-alat sistem peringatan yang dipasang di banyak area pantai namun ada laporan-laporan bahwa tidak semua peralatan itu berfungsi dengan baik.
Daerah yang rawan tsunami adalah daerah di sepanjang pantai, seperti Daerah NTT, NTB, Pangandaran, Aceh, Nias, Meulaboh, Maluku, dan lain-lainnya.
D. BANJIR
Musim hujan di Indonesia (yang terjadi dari Desember sampai Maret) biasanya menyebabkan curah hujan yang tinggi. Dikombinasikan dengan pengundulan hutan dan saluran-saluran air yang tersumbat oleh sampah, ini bisa menyebabkan sungai-sungai meluap dan terjadi banjir. Banjir dan tanah longsor terjadi di banyak wilayah di Indonesia dan bisa menyebabkan jatuhnya ratusan korban, hancurnya rumah-rumah dan infrastruktur lain, dan kerugian bagi bisnis-bisnis lokal. Bahkan di megapolitan seperti Jakarta, banjir terjadi secara reguler (setiap tahun) karena lemahnya manajemen air dikombinasikan dengan curah hujan yang tinggi. Misalnya pada Januari 2013, sebuah wilayah yang sangat luas dari Jakarta terkena banjir. Hal ini membawa dampak pada lebih dari 100.000 rumah dan menyebabkan hilangnya nyawa lebih dari 20 orang. Juga pada bulan Februari 2017 Jakarta diganggu oleh banjir besar yang menyebabkan ribuan rumah dibanjiri air keruh warna cokelat, kadang-kadang sedalam 1,5 meter.
Pada musim hujan banjir biasanya mengganggu saluran distribusi dan karena itu Indonesia cenderung mengalami tekanan inflasi selama bulan Januari dan Februari ketika musim hujan cenderung memuncak. Kondisi basah dapat diperburuk oleh fenomena cuaca La Nina. La Nina (pada dasarnya lawannya El Nino), adalah fenomena yang rata-rata terjadi sekali setiap lima tahun, membawa suhu laut lebih dingin dari rata-rata di daerah tropis Samudera Pasifik tengah dan timur. Oleh karena itu menyebabkan cuaca yang lebih basah dari biasanya di Asia Tenggara, biasanya dari bulan November sampai Februari.
Daerah yang sering dilanda banjir adalah daerah dataran rendah atau daerah yang dialiri sungai seperti Jakarta, Bandung dan Bekasi. Banjir juga bisa diakibatkan oleh pasang laut (banjir rob) seperti di daerah Semarang.
E. KEBAKARAN HUTAN
Secara umum, orang Indonesia memiliki kesadaran rendah akan praktik lingkungan yang berkelanjutan. Hal ini tercermin dari penggunaan praktik tebang-dan-bakar oleh petani dan perusahaan (sebuah strategi untuk membersihkan lahan demi perkembangan perkebunan, biasanya untuk perluasan perkebunan kelapa sawit atau industri pulp dan kertas), terutama di pulau Sumatra dan Kalimantan. Strategi tebang-dan-bakar adalah pilihan yang paling murah makanya sering digunakan. Meski praktik ini sebenarnya tidak diijinkan oleh hukum Indonesia, penegakan hukum yang lemah dan adanya korupsi memungkinkannya. Namun, praktik tersebut mengimplikasikan risiko dan dampak besar untuk lingkungannya.
Misalnya, kebakaran hutan yang terjadi pada bulan Juni sampai dengan Oktober 2015 sangat di luar kendali. Berdasarkan laporan Bank Dunia - yang dirilis pada bulan Desember 2015 - sekitar 100.000 titik api (kebakaran hutan) buatan manusia menghancurkan sekitar 2,6 juta hektar lahan antara bulan Juni dan Oktober 2015 dan menyebabkan kabut beracun menyebar ke bagian lain Asia Tenggara, sehingga menimbulkan ketegangan diplomatik. Bencana ini diperkirakan menelan biaya sebesar Rp 221 triliun (1,9 persen dari produk domestik bruto) dan mengeluarkan sekitar 11,3 juta ton karbon setiap hari (angka yang melebihi 8,9 juta ton karbon emisi harian di Uni Eropa), sehingga menjadi salah satu bencana alam terburuk dalam sejarah manusia.
Kebakaran hutan pada tahun 2015 menjadi sangat di luar kendali karena cuaca kering yang luar biasa. Fenomena cuaca El Nino, yang terkuat sejak tahun 1997, membawa cuaca kering yang parah ke Asia Tenggara dan oleh karena itu petugas pemadam kebakaran tidak bisa mengandalkan dukungan dari hujan. El Nino, yang (rata-rata) datang sekali setiap lima tahun, menyebabkan perubahan iklim di Samudera Pasifik kemudian menyebabkan kekeringan di Asia Tenggara dan karena itu juga mempunyai dampak besar terhadap panen komoditas pertanian.
Kebakaran lahan banyak terjadi di daerah yang banyak hutan gambut seperti Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Riau, Sumatera Selatan dan Jambi.
BAB III KESIMPULAN
daerah yang sering dilanda gunung meletus adalah daerah di sekitaran gunung berapi aktif, seperti di Gunung Merapi, Anak Krakatau, Kelud, Tengger, Lokon, dan lain-lainnya.
Daerah-daerah yang rawan gempa bumi adalah Aceh, Padang, Nias, Jambi, Bengkulu, Lampung, Tasikmalaya, Klaten, Bali, Sulawesi, Papua, dan lain-lainnya.
Daerah yang rawan tsunami adalah daerah di sepanjang pantai, seperti Daerah NTT, NTB, Pangandaran, Aceh, Nias, Meulaboh, Maluku, dan lain-lainnya.
Daerah yang sering dilanda banjir adalah daerah dataran rendah atau daerah yang dialiri sungai seperti Jakarta, Bandung dan Bekasi. Banjir juga bisa diakibatkan oleh pasang laut (banjir rob) seperti di daerah Semarang.
Kebakaran lahan banyak terjadi di daerah yang banyak hutan gambut seperti Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Riau, Sumatera Selatan dan Jambi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.gurugeografi.id/2017/05/sebaran-daerah-rawan-bencana-alam.html
https://ringkasanbukugeografi.blogspot.co.id/2015/12/daerah-rawan-bencana-alam-di-indonesia.html
https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/risiko/bencana-alam/item243?
https://www.bnpb.go.id/home/potensi.html
Post a Comment
1 Comments
terimakasih infonya sangat bermanfaat, jangan lupa kunjungi web kami http://bit.ly/2QMOMxw
ReplyDelete