SUNAN GRESIK (MAULANA MALIK IBRAHIM)
Nama asli dari Sunan Gresik adalah Maulana Malik Ibrahim. Beliau juga seorang Habib, silsilah ke 22 keturunan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasalam. Maulana Malik Ibrahim merupakan orang pertama yang memulai penyebaran Islam di tanah Jawa. Sunan Gresik memulai dakwahnya pada akhir masa Kerajaan
Majapahit.
Beliau memulai dakwahnya dengan merangkul rakyat biasa korban dari perang saudara pada Kerajaan Majapahit. Pendekatan beliau kepada rakyat melalui cocok tanam dan jalur perdagangan. Sehingga masyarakat yang kesulitan dalam hal ekonomi merasa terbantu dan perlahan mempelajari Islam atas bimbingan beliau.
Seiring berjalannya waktu, orang yang belajar Islam pun semakin banyak, kemudian Sunan Gresik mendirikan pondok pesantren di daerah Leran, Gresik. Di sebuah pondok itulah beliau mengajarkan ilmu hingga akhir hayatnya. Beliau meninggal pada tahun 1941M dan jenazahnya di makamkan di Desa Gapura Wetan, Gresik.
Selama berdakwah beliau selalu berusaha menghilangkan sistem kasta yang menjadikan perpecahan di masyarakat. Karena di sisi Allah yang membedakan manusia satu dengan yang lain adalah amal ibadah yang mereka lakukan. Peninggalan bersejarah dari Sunan Gresik berupa Masjid Malik Ibrahim di Leran, Gresik.
SUNAN AMPEL (RADEN RAHMAT)
Raden Rahmat atau yang disebut Sunan Ampel merupakan putra dari Syekh Maulana Malik Ibrahim dengan Dewi Condro Wulan. Dewi Condro Wulan merupakan putri Raja Champa yang masih ada silsilah keturunan Dinasti Ming yang terakhir. Sunan Ampel berdakwah menyebarkan Islam di daerah Ampel Denta, Surabaya.
Di Ampel Denta, Raden Rahmat memfasilitasi masyarakat yang belajar agama Islam dan berkonsultasi dengan mendirikan sebuah pondok. Ajaran dari beliau yang sangat terkenal adalah falsafah “Moh Limo”. Kata moh limo ini berasal dari Jawa dimana moh berarti menolak atau tidak dan limo berarti lima. Maksut dari falsafal moh limo adalah menolak lima hal yang dilarang dalam Islam.
Isi dari falsafah Moh Limo yaitu Moh Main maksutnya adalah tidak berjudi, Moh Ngombe atau tidak minum khamr, Moh Maling (tidak mencuri), Moh Madat atau tidak menghisap narkoba dan yang terakhir Moh Madon yaitu tidak berzina.
Peninggalan bersejarah dari Sunan Ampel adalah Masjid Ampel di Ampel Denta, Surabaya. Beliau wafat di Surabaya dan di makamkan di dekat Masjid Ampel.
SUNAN BONANG (MAULANA MAKDUM IBRAHIM)
Sunan Bonang atau yang memilki nama asli Maulana Makdum Ibrahim merupakan putra dari Sunan Ampel dengan istrinya yang bernama Dewi Condrowati. Nama lain dari Dewi Condrowati adalah Nyai Ageng Manila. Maulana Makdum Ibrahim menimba ilmu agama Islam di daerah Pasai, Malaka. Di Malaka Sunan Bonang menimba ilmu dari Sunan Giri terutama dalam metode penyebaran Islam agar mudah diterima masyarakat.
Selesai menimba ilmu dari Sunan Giri kemudian beliau pulang ke kota Tuban (kota kelahiran ibunya) dan mendirikan sebuah pondok pesantren. Di Kota Tuban Sunan Bonang menggencarkan dakwah melalui musik gamelan. Karakteristik masyarakat Tuban yang menyukai hiburan terutama musik, membuat beliau melakukan pendekatan terhadap masyarakat melalui alat musik buatannya tersebut.
Sunan Bonang melakukan dakwahnya di sela-sela pertunjukan musik. Peninggalan bersejarah dari Beliau yaitu alat musik tradisional gamelan berupa bonang, kenong dan bende.
SUNAN DRAJAT (RADEN QOSIM ATAU RADEN SYAIFUDIN)
Raden Qosim atau yang dikenal sebagai Sunan Drajat merupakan saudara seibu dari Sunan Bonang. Berdasarkan beberapa kisah yang ada beliau juga terkenal dengan sebutan Raden Syaifudin. Beliau belajar ilmu agama dan berguru pada Sunan Muria setelah wafatnya sang ayah. Kemudian kembali ke daerah pesisir Banjarwati, Lamongan untuk berdakwah.
Untuk menunjang dakwah Raden Qosim yang muridnya semakin banyak, beliau mendirikan sebuahh pondok pesantren di daerah Daleman Dhuwur di Desa Drajat, Paciran Lamongan. Di sana Sunan Drajat melangsungkan dakwahnya melalui suluk yang pernah di pelajarinya ketika berguru pada Sunan Muria.
Suluk yang sering beliau sampaikan kepada murid-muridnya ialah “Suluk Petuah”. Dalam Suluk yang diajarkan Sunan Drajat terdapat beberapa pesan yang di tanamkan dalam diri manusia untu menolong sesama manusia. Salah satu kutipan dalam suluk tersebut ialah:
1. “Wenehono teken marang wong kang wuto” maksutnya berilah tongkat kepada orang yang buta.
2. “Wenehono mangan marang wong kang luwe” maksutnya berilah makanan kepada orang yang lapar.
3. “Wenehono busono marang wong kang wudo” maksutnya berilah pakaian kepada orang yang telanjang.
4. “Wenohono ngiyup marang wong kang kudanan maksutnya berilah tempat berteduh kepada orang yang kehujanan.
Serta masih banyak lagi suluk lain yang menjadi peninggalan Raden Syaifudin, namun suluk yang terkenal adalah Suluk Petuah diatas. Suluk tersebut sampai sekarang masih dipelajari di pondok-pondok Jawa kuno.
SUNAN KALIJAGA (RADEN SAID)
Sunan Kali Jaga merupakan orang Jawa asli yang lahir di darah Tuban. Beliau memiliki nama asli Raden Said. Beliau Raden Said merupakan anak dari seorang bupati Kabupaten Tuban yang waktu itu bernama Arya Wilatika.
Ayah dari Sunan Kali Jaga sendiri adalah seorang pemimpin kelompok dari pemberontakan Ronggolawe ketika zaman Kerajaan Majapahit. Sunan Kali Jaga ketika muda telah mewarisi dari semangat ayahnya, Beliau memprotes keras terhadap penarikan pajak yang tidak memiliki perikemanusiaan pada pemerintahan Kerajaan Majapahit.
Lalu dibuat susunan rencana perampokan ke seluruh anggota pejabat pajak untuk kemudian dibagikan semua hartanya kepada rakyat miskin. Akibat dari perampokan tersebut, Sunan Kali Jaga dijuluki oleh seantero Kerajaan Majapahit Bandar Lokajaya.
Akan tetapi aksi perampokan tersebut berhenti saat beliau Sunan Kali Jaga bertemu dengan seseorang yang akan menjadi gurunya yaitu Sunan Bonang. Kemudain Raden Said dinasehati supaya berhenti dari tindakannya tersebut, karena jalan untuk menuju kebaikan tidak dapat ditempuh melalui jalan keburukan.
Akhirnya Sunan Kali Jaga pun berhenti dari tindakan perampokannya dan berguru ilmu agama kepada Sunan Bonang. Dari sang gurulah Sunan Kali Jaga mendapat ide dalam berdakwah, yaitu dengan memanfaatkan wayang dan gamelan.
Dimana ketika ada pertunjukkan wayang maupun yag menggunakan gamelan, didalamnya disisipkan tentang ajaran Islam. Ajaran agama islam yang beliau dakwahkan ini bisa diterima dan sangat membumi karena Sunan Kali Jaga merupakan orang Jawa asli.
Beliau mengajarkan ilmu agama Islam kepada masyarakat secara bertahap. Melalui ideologi dan kebudayaan Jawa Sunan Kali Jaga menanamkan nilai-nilai agama Islam. Karena beliau memiliki keyakinan bahwa ketika agama islam telah dipahami dan masuk kedalam hati maka secara otomatis perilaku buruk maupun kebiasaannya akan hilang dengan sendirinya.
Untuk peninggalan dari Sunan Kalijaga berupa kesenian yang sekarang menjadi seni khas Jawa yaitu seni, wayang, gamelan, ukir dan suluk.
SUNAN KUDUS (JA’FAR SHADIQ)
Nama asli dari Sunan Kudus yang juga merupakan cucu dari Sunan Ampel ialah Ja’far Shadiq. Nasab beliau menjadi cucu Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati ini berasal dari Ibunda beliau yang bernama Syarifah. Selain itu Sunan Kudus ini juga merupakan keponakan dari Sunan Drajat dan Sunan Bonang. Sumber ilmu tentang Agama Islam yang Sunan Kudus miliki ini berkat kegigihan beliau menuntut ilmu di timur tengah yakni Yerusalem, Palestina atau tepatnya di kota Al-Quds. Namun sebelumnya, beliua juga menuntut ilmu pada kedua pamannya yang juga merupakan wali Allah.
Di Yerusalem Sunan Kudus ini banyak mendapatkan ilmu-ilmu agama yang langsung bersumber dari ulama-ulama dari Arab.
Sehingga dengan ketawadahun dan luasnya ilmu yang beliau miliki, kemudian beliau pulang ke Nusantara dan berinidiatif untuk medirikan sebuah pondok pesantren untuk orang-orang umum belajar ilmu agama Islam. Penulis sendiri belum mengetahui alasan beliau ini memilih desa Loram Kabupaten Kudus Jawa Tengah ini sebagai tempat dakwah beliau.
Setelah pondok pesantren yang beliau dirikan ini berjalan beberapa waktu, berkat keluasan ilmu dan toleransi yang tinggi akan antar umat beragama di Kudus tuan Ja’far Shadiq diminta untuk menjadi pemimpin disana. Untuk mempermudah jalan dakwah beliau menyebar luaskan agama Islam di kalangan para pejabat, bangsawan kerajaan dan para priyayi di tanah Jawa, beliau pun menyanggupi menjadi seorang pemimpin.
Selain sebagai seorang pemimpin yang bijaksana, berkat keluasan ilmu yang dimiliki oleh Sunan Kudus ini, sampai-sampai para wali beliau memberikan gelar sebagai Wali Al ‘ilmi yang artinya ialah orang yang memiliki ilmu luas.
Dalam menyebarkan agama Islam, tuan Ja’far Shadiq menggunakan metode yang hampir sama dengan metode Sunan Kalijaga yakni melalui pendekatan terhadap kebudayaan daerah setempat. Beliau menyisipkan nilai-nilai agama Islam ditengah kebudayaan Hindu Bunda yang telah mengakar di masyarakat.
Untuk peninggalan Sunan Kudus yang masih ada hingga sekarang ini ialah Masjid Menara Kudus yang memiliki menara dengan corak khas bergaya Hindu. Selain menara, tuan Ja’far Shadiq juga mewariskan budaya toleransi yang sangat mulia.
Budaya toleransi antar umat beragama yang masih berlaku sampai sekarang ini yaitu dengan tidak menyembelih sapi ketika lebaran Idhul Adha. Untuk menghormati umat Hindu di daerah Kudus, Beliau mengajarkan masyarakat untuk mengganti binatang hewan qurban sapi menjadi kerbau.
SUNAN MURIA (RADEN UMAR SAID)
Sunan Muria memiliki nama asli yakni Raden Umar Said. Beliua merupakan putera dari Sunan Kalijaga dengan istrnya yang bernama Saroh. Selain itu Raden Umar Said ini juga merupakan keponakan dari Sunan Giri. Karena Ibunda beliau Saroh adalah adik kandung dari Sunan Giri.
Dalam dakwahnya menyebarkan ajaran Islam, Sunan Muria mengadaptasi metode yang digunakan oleh Ayahnya Sunan Kalijaga. Beliau menyampaikan ajaran melalui pendekatan kebudayaan dan kesenian Jawa.
Akan tetapi beliau lebih memilih daerah pesisir pantai dan sekaligus tempat terpencil. Sehingga dipilihlah oleh beliau daerah Gunung Muria yang berada di Provinsi Jawa Tengah sebagai lokasi dan pusat dakwahnya.
Untuk wilayah tempat beliau dakwah ini menyebar hingga ke Pati, Kudus, Juana, Tayu dan Jepara. Dimana kebanykan tempat-tempat yang beliau datangi ini merupakan daerah pedesaan, pesisi pantai dan pegunungan.
Sunan Muria lebih banyak berdakwah kepada para masyarakat atau rakyat biasa. Karena menurut beliau rakyat jelata ini merupakan kelompok yang paling banyak dan mereka juga mudah dalam menerima ajaran Islam yang beliau ajarkan. Sehingga beliau juga bisa lebih akrab bersama masyarakat umum.
Tidak hanya memberikan pengajaran tentang syariat Islam, Sunan Murian juga mengajarkan banyak ilmu lain kepada masyarakat. Diantara ilmu-ilmu yang beliau ajarkan ialah ilmu tentang bercocok tanam, cara berdagang yang sesuai dengan syariat Islam dan cara melaut.
Untuk memikat hati masyarakat umum belajar supaya mau belajar agama Islam, Raden Umar Said menggunakan media tembang. Untuk temabng yang sering beliau gunakan dan terkenal hingga sekarang ini adalah tembang Sinom dan tembang Kinanti.
Sedangkan peninggalan bersejarah Sunan Muria yang masih bisa kita saksikan pada hari ini ialah sebuah Masjid Muria yang letaknya masih di daerah pusat beliau berdakwah.
SUNAN GUNUNG JATI (SYARIF HIDAYATULLAH)
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syaikh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.
SUNAN GIRI (RADEN PAKU/MUHAMMAD AINUL YAKIN)
Sunan Giri atau Raden Paku lahir pada tahun 1412 M. Ia memerintah kerajaan Giri kurang lebih 20 tahun. Sewaktu memerintah Giri Kedaton beliau bergelar Prabu
Satmata. Pengaruh Sunan Giri sangat besar terhadap kerajaan Islam di Jawa maupun
di luar Jawa. Sebagi buktinya adalah adanya kebiasaan bahwa apabila seorang hendak
dinobatkan menjadi raja haruslah mendapat pengesahan dari Sunan Giri.
klik tombol download dibawah unutk men-download file docx (microsoft word siap print) kliping ini
Post a Comment
0 Comments