BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
bercerita tentang biografi sahabat nabi yang terbaik beserta perjalanan hidupnya yang penuh hikmah. Maka tidak diragukan lagi jika kisahnya dapat dijadikan sebagai teladan bagi umat islam. Maka dari itu, penting bagi kita untuk mengetahui kisah abu bakar as sidiq.
B. RUMUSAN MASALAH
Seperti apa kisah abu bakar assidiq?
Apa tauladan dari kisah abu bakar ass sidiq?
C. TUJUAN PENULISAN
Untuk mengetahui kisah abu bakar ass sidiq.
Untuk meneladani abu bakar ass sidiq.
BAB II PEMBAHASAN
A. BIOGRAFI
Nama lengkapnya adalah 'Abdullah bin 'Utsman bin Amir bin Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Quraisy. Bertemu nasabnya dengan nabi pada kakeknya bernama Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay dan ibu dari Abu Bakar adalah Ummu al-Khair Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim yang berarti ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah Bani Taim.
Abu Bakar adalah ayah dari Aisyah, istri Nabi Muhammad. Nama yang sebenarnya adalah Abdul Ka'bah (artinya 'hamba Ka'bah'), yang kemudian diubah oleh Nabi menjadi Abdullah (artinya 'hamba Allah'). Nabi memberinya gelar yaitu Ash-Shiddiq (artinya 'yang berkata benar') setelah Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra Mi'raj yang diceritakan Nabi kepada para pengikutnya, sehingga ia lebih dikenal dengan nama "Abu Bakar ash-Shiddiq".
B. KISAH HIDUP
1. KEHIDUPAN AWAL
Abu Bakar lahir di kota Mekah sekitar tahun 573, dari keluarga kaya dalam Bani Taim. Ayah Abu Bakar bernama Uthman Abu Quhafa (panggilan Abu Quhafa) dan ibunya bernama Salma binti Sakhar (panggilan Umm-ul-Khair). Abu Bakar menghabiskan masa kecilnya seperti anak Arab pada zaman itu di antara suku Badui yang menyebut diri mereka dengan nama Ahl-i-Ba'eer atau rakyat unta. Pada masa kecilnya, Abu Bakar sering sekali bermain dengan dengan unta dan kambing, dan kecintaannya terhadap unta inilah yang memberinya nama "Abu Bakar" yang berarti, bapaknya unta.
Ketika umurnya berusia 10 tahun, Abu Bakar pergi ke Suriah bersama ayahnya dengan kafilah dagang. Nabi Muhammad yang pada saat itu berusia 12 tahun juga bersama kafilah tersebut. Pada tahun 591, Abu Bakar yang pada saat itu berusia 18 tahun pergi untuk berdagang, berprofesi sebagai pedagang kain yang memang sudah menjadi bisnis keluarga. Dalam tahun-tahun mendatang Abu Bakar sering sekali bepergian dengan kafilahnya. Perjalanan bisnis membawanya ke Yaman, Suriah dan beberapa tempat lainnya. Perjalanan bisnis inilah yang membuatnya semakin kaya dan semakin berpengalaman dalam berdagang.
Bisnisnya semakin berkembang, mempengaruhi status sosial Abu Bakar. Meskipun ayahnya Uthman Abu Quhafa masih hidup, Abu Bakar diakui sebagai kepala sukunya. Seperti anak-anak lain dari keluarga pedagang Mekah yang kaya, Abu Bakar adalah orang terpelajar (bisa menulis dan membaca) dan dia menyukai puisi. Abu Bakar biasanya menghadiri pameran tahunan di Ukaz dan ikut berpatisipasi dalam simposium puitis. Ia memiliki ingatan yang bagus dan pemahaman yang baik mengenai silsilah atau asal usul suku-suku Arab, sejarah dan juga politik mereka.
Sebuah cerita ketika Abu Bakar masih kecil, ayahnya membawanya ke Ka'bah, dan meminta Abu Bakar berdoa kepada berhala. Setelah itu ayahnya pergi untuk mengurus urusan bisnis lainnya, meninggalkan Abu Bakar sendirian dengan berhala-berhala tersebut. Abu Bakar lalu berdoa kepada berhala, "Ya Tuhanku, aku sedang membutuhkan pakaian, berikanlah kepadaku pakaian". Berhala tersebut tetap acuh tak acuh tidak menanggapi permintaan Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar berdoa kepada berhala lainnya dan mengatakan "Ya Tuhanku, berikanlah aku makanan yang lezat, lihatlah aku sangat lapar". Berhala itu masih tidak memberikan jawaban apapun dan acuh tak acuh. Melihat permintaannya tidak dikabulkan, kesabaran Abu Bakar habis lalu mengangkat sebuah batu dan berkata kepada berhala tersebut. "Di sini saya sedang mengangkat batu dan akan mengarahkannya kepadamu, kalau kamu memang tuhan, maka lindungilah dirimu sendiri". Abu Bakar lalu melemparkan batu tersebut ke arah berhala dan meninggalkan Ka'bah. Setelah itu, Abu Bakar tidak pernah lagi datang ke Ka'bah untuk menyembah berhala-berhala di Ka'bah.
2. MASUK ISLAM
Abu Bakar adalah sahabat pertama yang masuk Islam dari kalangan laki-laki. Ketika itu Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam diperintahkan Allah untuk mengajak manusia memeluk agama Islam, lalu Rasulullah menyeru kepada orang terdekat dengan beliau, anggota keluarganya dan sahabat-sahabat beliau. Maka dari kalangan laki-laki Abu Bakar langsung memenuhi seruan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Setelah itu Abu Bakar Ash-Shiddiq sangat bersemangat dalam menyebarkan dakwah Islam. Abu Bakar mencari sahabat-sahabat terdekat dan teman duduknya untuk menyampaikan dakwahnya. Sehingga masuk Islam lah Utsman bin Affan, az-Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqash dan Thalhah bin Ubaidullah. Mereka semua menjadi 10 sahabat yang dijamin masuk Surga.
Banyak sekali peristiwa-peristiwa yang dialami Abu Bakar Ash-Shiddiq setelah ia masuk Islam. Ketika itu ia memiliki 40.000 dirham dan beliau infakkan di jalan Allah. Beliau juga memerdekakan budak-budak yang disiksa karena masuk Islam. seperti membebaskan Bilal bin Rabah dengan harga 9 uqiyah emas. Saat itu Umayyah berkata, "Meskipun engkau membeli Bilal satu uqiyah, pasti saya berikan". Abu Bakar menjawab, "Jika kamu tidak melepas Bilal kecuali harus membelinya 100 uqiyah emas, pasti saya beli". Beliau juga membebaskan budak lainnya, ada Ummu Ubais, Zinnirah an-Nahdiyah dan putrinya, lalu budak milik Bani Muammal.
Abu Bakar senantiasa menemani Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam dalam segala kondisi, membela Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam dengan harta dan jiwanya. Abu Bakar ikut serta dalam semua peperangan Rasulullah dan juga ikut serta dalam menaklukkan kota Makkah pada tahun ke 8 H.
Abu Bakar selalu menemani Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam siang dan malam. Ketika hijrah di Madinah, Abu Bakar menemani beliau sepanjang perjalanan. Menemani di gua hira, menemani ketika berjalan di siang hari yang panasnya sangat menyengat dan masih banyak lagi. Lantas tidak heran jika Abu Bakar Ash-Shiddiq disebut sebagai sahabat terbaik di antara para sahabat lainnya. Berikut perkataan sahabat mengenai Abu Bakar Radiyallahuanhu:
Abdullah bin Umar, "Di masa Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam, kami membanding-bandingkan para sahabat. Kami memilih Abu Bakar sebagai Umat Rasulullah yang terbaik, setelah itu Umar bin Khattab, kemudian Utsman bin Affan."
Seorang wanita datang menemui Rasulullah lalu beliau menyuruh pulang. Perempuan itu berkata, "Bagaimana jika aku kembali engkau tidak ada? Rasulullah menjawab, "Temuilah Abu Bakar".
Rasulullah sendiri pernah membahas kedekatannya dengan Abu Bakar Radiyallahuanhu, "Manusia yang paling banyak berkorban untukku adalah Abu Bakar. Seandainya aku diperbolehkan untuk mengambil kekasih selain Allah, sungguh aku akan jadikan Abu Bakar sebagai kekasihku. Namun cukuplah dia sebagai saudara seiman,dan saya sayang padanya"
Rasulullah bersabda : "Barang siapa menafkahkan benda apapun di jalan Allah, ia akan dipanggil melalui pintu-pintu Surga. Jika ia rajin shalat, ia akan dipanggil melalui pintu shalat, jika rajin berjihad di jalan Allah, ia dipanggil melalui pintu jihad, rajin sedekah, ia dipanggil melalui pintu sedekah, rajin puasa, ia dipanggil melalui pintu Ar-Rayyaan." Abu Bakar bertanya, "Apa ada yang dipanggil melalui semua pintu, wahai Rasulullah?"
Beliau menjawab, "Ya dan aku berharap semoga engkau wahai Abu Bakar."
Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya. Hal ini mendorong Abu Bakar membebaskan para budak tersebut dengan membelinya dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan. Salah seorang budak yang dibelinya lalu kemudian dibebaskan adalah Bilal bin Rabah.
Ketika peristiwa Hijrah, saat Nabi Muhammad pindah ke Madinah (622 M), Abu Bakar adalah satu-satunya orang yang menemaninya. Abu Bakar juga terikat dengan Nabi Muhammad secara kekeluargaan. Anak perempuannya, Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad beberapa saat setelah Hijrah.
Selama masa sakit Rasulullah saat menjelang wafat, dikatakan bahwa Abu Bakar ditunjuk untuk menjadi imam salat menggantikannya, banyak yang menganggap ini sebagai indikasi bahwa Abu Bakar akan menggantikan posisinya. Bahkan 'pun setelah Nabi SAW telah meninggal dunia, Abu Bakar Ash-Shiddiq dianggap sebagai sahabat Nabi yang paling tabah menghadapi meninggalnya Nabi SAW ini. Segera setelah kematiannya, dilakukan musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Tsaqifah bani saidah yang terletak di Madinah, yang akhirnya menghasilkan penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin baru umat Islam atau khalifah Islam pada tahun 632 M.
Apa yang terjadi saat musyawarah tersebut menjadi sumber perdebatan. Penunjukan Abu Bakar sebagai khalifah adalah subyek kontroversial dan menjadi sumber perpecahan pertama dalam Islam, dimana umat Islam terpecah menjadi kaum Sunni dan Syi'ah. Di satu sisi kaum Syi'ah percaya bahwa seharusnya Ali bin Abi Thalib (menantu nabi Muhammad) yang menjadi pemimpin dan dipercayai ini adalah keputusan Rasulullah sendiri, sementara kaum suni berpendapat bahwa Rasulullah menolak untuk menunjuk penggantinya. Kaum sunni berargumen bahwa Muhammad mengedepankan musyawarah untuk penunjukan pemimpin. Sementara muslim syi'ah berpendapat bahwa nabi dalam hal-hal terkecil seperti sebelum dan sesudah makan, minum, tidur, dan lain-lain, tidak pernah meninggal umatnya tanpa hidayah dan bimbingan apalagi masalah kepemimpinan umat terahir. Banyak hadits yang menjadi Referensi dari kaum Sunni maupun Syi'ah tentang siapa khalifah sepeninggal rasulullah. Terlepas dari kontroversi dan kebenaran pendapat masing-masing kaum tersebut, Ali sendiri secara formal menyatakan kesetiaannya (berbai'at) kepada Abu Bakar dan dua khalifah setelahnya (Umar bin Khattab dan Usman bin Affan). Kaum sunni menggambarkan pernyataan ini sebagai pernyataan yang antusias dan Ali menjadi pendukung setia Abu Bakar dan Umar. Sementara kaum syi'ah menggambarkan bahwa Ali melakukan baiat tersebut secara pro forma, mengingat ia berbaiat setelah sepeninggal Fatimah istrinya yang berbulan bulan lamanya dan setelah itu ia menunjukkan protes dengan menutup diri dari kehidupan publik.
3. DI ANGKAT MENJADI KHALIFAH
Setelah Rasulullah dimakamkan, Umar bin Khattab menjelaskan kepada seluruh sahabat bahwa Rasulullah telah memilih Abu Bakar sebagai khalifah. Dialah sahabat terbaik Rasulullah untuk menjadi pemimpin umat Islam. Para sahabat pun ridha dan mengangkat Abu Bakar sebagai khalifah dan pemimpin umat Islam setelah Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam.
Setelah Abu Bakar diangkat menjadi khalifah, beliau menaiki mimbar lalu berceramah yang isinya:
"Wahai saudara-saudara sekalian, aku ditunjuk untuk memimpin kalian. Jika aku berbuat baik bantulah aku, namun jika aku berlaku buruk, luruskanlah aku. Kejujuran adalah amanah dan dusta adalah pengkhianatan. aku hanyalah pengikut sunnah Rasulullah dan bukan pembuat hal baru. Karena itu jika aku berlaku lurus, ikutilah aku dan jika aku menyimpang, luruskanlah aku."
Setelah sekian lama menjadi khalifah, suatu saat Fathimah istri Ali bin Abi Thalib sedang sakit. Maka Abu Bakar menjenguknya dan meminta maaf kepada Fathimah jika terdapat kesalahan-kesalahan pada dirinya. Fathimah pun memaafkan Abu Bakar.
4. ABU BAKAR SEBAGAI KHALIFAH
Segera setelah suksesi Abu Bakar, beberapa masalah yang mengancam persatuan dan stabilitas komunitas dan negara Islam saat itu muncul. Beberapa suku Arab yang berasal dari daerah Hijaz dan Nejed membangkang kepada khalifah baru dan sistem yang ada. Beberapa di antaranya menolak membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yakni penyembahan berhala. Suku-suku tersebut mengklaim bahwa hanya memiliki komitmen dengan Nabi Muhammad dan dengan kematiannya komitmennya tidak berlaku lagi. Berdasarkan hal ini Abu Bakar menyatakan perang terhadap mereka yang dikenal dengan nama perang Riddah. Dalam perang Ridda peperangan terbesar adalah memerangi "Ibnu Habi al-Hanafi" yang lebih dikenal dengan nama Musailamah al-Kazzab (Musailamah si pendusta), yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru menggantikan Nabi Muhamad. Pasukan Musailamah kemudian dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid. Sedangkan Musailamah sendiri terbunuh di tangan Al Wahsyi, seorang mantan budak yang dibebaskan oleh Hindun binti Utbah istri Abu Sufyan karena telah berhasil membunuh Hamzah Singa Allah dalam Perang Uhud. Al Wahsyi kemudian bertaubat dan memeluk agama Islam serta mengakui kesalahannya atas pembunuhan terhadap Hamzah paman nabi Muhammad. Al Wahsyi pernah berkata, "Dahulu aku membunuh seorang yang sangat dicintai Rasulullah (Hamzah) dan kini aku telah membunuh orang yang sangat dibenci rasulullah (yaitu nabi palsu Musailamah al-Kazab)."
Setelah menstabilkan keadaan internal dan secara penuh menguasai jazirah Arab, Abu Bakar memerintahkan para jenderal Islam melawan kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Sassanid. Khalid bin Walid menaklukkan Irak dengan mudah sementara ekspedisi ke daerah Suriah juga meraih sukses.
Abu Bakar juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al Qur'an. Dikatakan bahwa setelah kemenangan yang sangat sulit saat melawan Musailamah al-kadzdzab dalam perang Riddah atau juga dikenal dengan perang yamamah, banyak para penghafal Al Qur'an yang terbunuh dalam pertempuran. Umar lantas meminta Abu Bakar untuk mengumpulkan koleksi dari Al Qur'an. oleh sebuah tim yang diketuai oleh sahabat Zaid bin Tsabit, dikumpulkan lembaran al-Qur'an dari para penghafal al-Qur'an dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya,setelah lengkap penulisan ini maka kemudian disimpan oleh Abu Bakar. setelah Abu Bakar meninggal maka disimpan oleh Umar bin Khaththab dan kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar dan juga istri dari Nabi Muhammad. Kemudian pada masa pemerintahan Usman bin Affan koleksi ini menjadi dasar penulisan teks al-Qur'an yang dikenal saat ini.
5. KEMATIAN
Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di kota Madinah karena sakit yang dideritanya pada usia 61 tahun. Abu Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah di dekat Masjid Nabawi, di samping makam Nabi Muhammad SAW.
C. KETELADANAN ABU BAKAR
1. Beliau Adalah Sahabat Rasulullah Di Gua Dan Ketika Hijrah.
Diriwayatkan dari al-Bara’ bin ‘Azib, beliau berkata, “Suatu ketika Abu Bakar pernah membeli seekor tunggangan dari Azib dengan harga 10 dirham, maka Abu Bakar berkata kepada Azib, suruhlah anakmu si Bara’ agar mengantarkan hewan tersebut.” Maka Azib berkata, “Tidak, hingga Anda menceritakan kepada kami terlebih dahulu bagaimana kisah perjalanan Anda bersama Rasulullah ketika keluar dari Makkah sementara orang-orang musyrikin sibuk mencari-cari kalian.”
Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata, “Kami berangkat dari Makkah, berjalan sepanjang malam dan siang hingga datang waktu dzuhur, maka aku mencari-cari tempat bernaung agar kami dapat beristirahat di bawahnya, ternyata aku melihat ada batu besar, maka segera kudatangi dan terlihat di situ ada naungannya, maka kubentangkan alas untuk Nabi, kemudian kukatakan pada beliau, “Istirahatlah wahai Nabi Allah.” Maka beliau pun beristirahat, sementara aku memantau daerah sekitarku, apakah ada orang-orang yang mencari kami datang mengintai.
Tiba-tiba aku melihat ada seorang penggembala kambing sedang menggiring kambingnya ke arah teduhan di bawah batu tersebut ingin berteduh seperti kami, maka aku bertanya kepadanya, “Siapa tuanmu wahai budak?” Dia menjawab, “Budak milik si fulan, seseorang dari suku Quraisy.” Dia menyebut nama tuannya dan aku mengenalnya, kemudia kutanyakan, “Apakah kambingmu memiliki susu?” Dia menjawab, “Ya” lantas kukatakan, “Maukah engkau memerasnya untuk kami?” Dia menjawab, “Ya” Maka dia mengambil salah satu dari kambing-kambing tersebut, setelah kuperintahkan dia agar membersihkan susu kambing tersebut terlebih dahulu dari kotoran dan debu, maka dia menepuk kedua telapak tangannya dari debu, maka dia menepukkan kedua telapak tangannya dan dia mulai memeras susu, sementara aku telah mempersiapkan wadah yang di mulutnya dibaluk kain menampung susu tersebut, maka segera kutuangkan susu yang telah diperasi itu kedalam tempat tersebut dan kutunggu hingga bawahnya dingin, lalu kubawakan ke hadapan Nabi dan ternyata beliau sudah bangun, segera kukatakan padanya, “Minumlah wahai Rasulullah.” Maka beliau mulai minum hingga aku lega (karena melihat beliau sudah kenyang).
Setelah itu kukatakan pada beliau, “Bukankah kita akan segera berjalan kembali ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Tentu!”
Kami melanjutkan perjalanan, sementara orang-orang musyrik terus menerus mencari kami, tidak satu pun yang dapat menyusul kami kecuali Suraqah bin Malik bin Ju’syum yang mengendarai kudanya, maka kukatakan kepada Rasulullah, “Orang ini telah berhasil mengejar kita wahai Rasulullah,” Namun beliau menjawab, “Jangan bersedih (khawatir), sesungguhnya Allah bersama kita.”
Dan dari Anas, dari Abu Bakar, beliau bersabda, “Kukatakan kepada Nabi ketika kami berada dalam gua, ‘Andai saja seseorang di antara mereka (orang-orang musyrik) melihat ke bawah kaki mereka, pastilah mereka akan melihat kita’. Maka Rasul menjawab,
“Bagaimana pendapatmu wahai Abu Bakar dengan dua orang manusia sementara Allah menjadi yang ketiga di antara mereka berdua.”
2. Abu Bakar Adalah Sahabat Yang Paling Alim Di Antara Para Sahabat Lainnya.
“Sesungguhnya orang yang paling banyak berkorban padaku dalam persahabatannya dan kerelaan mengeluarkan hartanya, adalah Abu Bakar. Andai saja aku diperbolehkan mengangkat seorang menjadi kekasih dekatku selain Rabbku, pastilah aku akan memilih Abu Bakar, namun cukuplah persaudaraan seislam dan kecintaan karenanya, janganlah ditinggalkan pintu di masjid melainkan dalam keadaan tertutup kecuali pintu Abu Bakar saja.”
Diriwayatkan dari Aisyah, istri Rasulullah, beliau berkata, “Ketika Rasulullah wafat, Abu Bakar sedang berada di as-Sunuh. Umar berdiri dan berpidato, “Demi Allah, sesungguhnya Rasulullah tidak wafat. Aisyah melanjutkan, kemudian Umar berkata, “Demi Allah, tidak terdapat dalam hatiku melainkan perasaan bahwa beliau belum wafat, Allah pasti akan membangkitkan beliau dan akan memotong tangan dan kaki mereka (orang-orang munafik).” Kemudia datanglah Abu Bakar menyingkap kain yang menutup wajah Rasulullah, lalu mencium beliau sambil berkata, “Kutebus dirimu dengan ibu dan bapakku, alangkah harum dan eloknya engkau saat hidup dan sesudah mati, demi Allah yang jiwaku ada di Tangan-Nya, mustahil Allah akan menimpakan padamu dua kali kematian, selama-lamanya.”
Kemudia Abu Bakar keluar dan berkata, “Wahai orang yang telah bersumpah, (yakni Umar) tahanlah bicaramu!” Ketika Abu Bakar mulai berbicara, maka Umar duduk, setelah memuji Allah beliau berkata, “Ingatlah sesungguhnya siapa saja yang menyembah Muhammad maka beliau sekarang telah wafat, dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah akan tetap hidup, tidak akan pernah mati. Kemudian beliau membacakan ayat,
“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka juga akan mati.” (QS. Az-Zumar: 30) Dan juga membaca,
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul. Sungguh, telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran: 144)
Ismail (yang meriwayatkan kisah ini) berkata, “Maka orang-orang mulai menangis terisak-isak, kemudian kaum Anshar segera berkumpul kepada Sa’ad bin Ubadah di Saqifah Bani Sa’idah. Mereka berpendapat bahwa dari kami seorang amir (pemimpin) dan dari kalian (muhajirin) juga seorang amir.’ Maka segera Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah berangkat mendatangi majelis tersebut, Umar berbicara tetapi Abu Bakar memintanya untuk diam, Umar berkata, “Demi Allah, sebenarnya aku tidak ingin berbicara melainkan aku telah persiapkan kata-kata yang kuanggap sangat baik yang kutakutkan tidak akan disampaikan oleh Abu Bakar’.”
Kemudia Abu Bakar berpidato dan perkataannya sungguh mengena, beliau berkata, “Kami yang menjadi amir dan kalian menjadi wazir (pembantu-pembantu pemimpin)”. Maka Hubah bin al-Mundzir berkata, “Tidak, demi Allah, kami tidak akan terima, tetapi dari kami seorang amir dan dari kalian seorang amir pula.” Abu Bakar menjawab, “Tidak, tetapi kamilah yang menjabat sebagai amir dan kalian menjadi wazir, karena sesungguhnya mereka (Quraisy) yang paling mulia kedudukannya di bangsa Arab dan yang paling tinggi nasabnya, maka silahkan kalian membai’at Umar atau Abu Ubaidah.” Maka spontan Umar menjawab, “Justru Andalah yang lebih pantas kami bai’at, Anda adalah penghulu (sayyid) kami, orang yang paling baik di antara kami dan orang yang paling dicintai Rasulullah di antara kami.” Maka Umar segera meraih tangan Abu Bakar dan membai’atnya, dan akhirnya orang-orang pun turut membai’at beliau pula.
3. Kekuatan Iman Abu Bakar Dan Kebenaran (Kejujuran)nya Dan Keislamannya
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, beliau berkata, Rasulullah bersabda,
“Barangsiapa yang menjulurkan pakaiannya (di bawah mata kaki) karena kesombongan, maka Allah tidak akan melihatnya pada Hari Kiamat.”
Maka Abu Bakar berkata, “Sesungguhnya salah satu sisi dari bajuku selalu melorot ke bawah, kecuali jika aku selalu mengetatkannya, maka Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya engkau tidak termasuk orang yang menjulurkan pakaiannya karena kesombongan.”
4. Abu Bakar Adalah Seorang Yang Memiliki Kemauan Tinggi
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, beliau berkata, Aku mendengar Rasulullah bersabda,
“Barangsiapa menginfakkan sepasang dari satu jenis yang dimilikinya di jalan Allah, niscaya dia akan diseru dari pintu-pintu (surga), ‘Wahai hamba Allah, inilah kebaikan.’ Barangsiapa termasuk ahli shalat, maka akan dipanggil dari pintu shalat, barangsiapa yang termasuk golongan yang suka bersujud, maka akan dipanggil dari pintu shalat, barangsiapa termasuk golongan yang suka jihad, maka akan dipanggil dari pintu jihad, dan barangsiapa yang suka bersedekah, maka akan dipanggil dari pintu sedekah, barangsiapa yang suka berpuasa, maka akan dipanggil pintu puasa dan dari pintu ar-Rayyan.” Maka Abu Bakar berkata, “Tidaklah penting bagi yang di panggil itu untuk di panggil dari pintu-pintu lainnya”. Dan beliau bertanya, “Apakah ada orang yang dipanggil dari semua pintu wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Ya, dan aku berharap agar engkau, wahai Abu Bakar, termasuk salah seorang dari mereka.”
BAB III PENUTUP
Demikianlah makalah mengenai kisah abu bakar ass sidiq. Kami menyadari keterbatasan kami dalam menyusun makalah ini. Kritik, saran, dan masukan dari teman teman semua sangat kami butuhkan untuk membuat makalah ini lebih sempurna lagi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.abanaonline.com/2016/11/kisah-abu-bakar-ash-shiddiq-perjalanan-hidup.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Bakar_Ash-Shiddiq
http://www.beranidakwah.com/11-keteladanan-dan-keutamaan-abu-bakar-ash-shiddiq/2/
Post a Comment
0 Comments